Jakarta,TAMBANG- Pertamina EP (PEP) Rantau Field, bagian dari Zona 1 Regional Sumatera Subholding Upstream Pertamina menjalankan berbagai program pemberdayaan masyarakat di wilayah operasi. Salah satunya program pengembangan ekonomi kreatif masyarakat difabel, Pertamina berdikari rumah kreatif Tamiang. Program Tangung Jawab Sosial Dan Lingkungan (TJSL) di bidang Ekonomi tersebut fokus pada isu peningkatan perekonomian bagi penyandang difabel.
Program ini didasari oleh keterbatasan masyarakat difabel dalam mengakses lapangan pekerjaan. Kesempatan dalam meningkatkan keterampilannya. Field Manager PEP Rantau Despredi Akbar berharap, Program Rumah Kreatif Tamiang ini mampu menjadikan wadah kreatifitas Masyarakat Penyandang difabel Aceh Tamiang untuk mengembangkan minat, bakat dan perekonomian mereka.
“Program ini juga diharapkan mampu memberikan pandangan pada masyarakat, bahwasanya masyarakat difabel juga memiliki keahlian dan dapat memiliki kegiatan usaha,” ungkap Despredi dalam keterangan pers yang diterima www,.tambang.co.id, Jumat (6/10).
Program ini diinisiasi Pertamina EP (PEP) Rantau Field dan bekerja sama dengan Dinas Sosial Kabupaten Aceh Tamiang, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Aceh Tamiang, Kampung Tanjung Karang, SLBN (Sekolah Luar Biasa Negeri) Pembina Aceh Tamiang dan LSM Boemi. Lokasi di Kampung Tanjung Karang, Kecamatan Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang yang merupakan aset milik Pertamina. Pada Bulan Juni 2021 telah dilaksanakan acara launching yang dihadiri oleh Rantau Field Manager dan Bupati Aceh Tamiang.
Sejak awal inisiasi program hingga pada tahun 2023, sudah ada 4 unit usaha yang dijalankan dalam rangka meningkatkan perekonomian kelompok penyandang difabel. Usaha-usaha tersebut berupa Bengkel Difabel, Inklusi Coffee, Rumah Limbah Difabel dan Inklusi Baking.
Selain itu, ditahun 2023 juga dilakukan inisiasi pengembangan potensi bagi siswa difabel SLBN Pembina Aceh Tamiang dibidang lingkungan melalui bank sampah sekolah inklusif. Kepala Sekolah SLBN Pembina Aceh Tamiang Muttaqin menambahkan, kolaborasi ini merupakan pemecahan permasalahan sosial bagi masyarakat difabel.
Kata dia, SLB sebagai lembaga pendidik formal dan Pertamina sebagai penyedia aksesibilitas usaha, merupakan kolaborasi yang apik dan sinergis. “Banyak alumni kami yang akhirnya tergabung Kelompok Rumah Kreatif Tamiang. Dan menjalankan usaha mulai dari bengkel, café, rumah limbah hingga baking. Dan beberapa kegiatan Pertamina melibatkan siswa kami untuk unjuk gigi tentang tari tradisional, band sampai pengembangan bank sampah” ungkap Muttaqin.
Sementara Dede Kurniawan (38), seorang tuna daksa yang menjadi Ketua Kelompok Bengkel Difabel di Rumah Kreatif Tamiang mengaku sangat terbantu dengan adanya bengkel motor difabel. “Ekonomi bisa meningkat, banyak pelanggan di sini. Kita juga dapat bantuan setahun sekali seperti sparepart dan lainnya,” ungkap Dede.
Selain bengkel dan Coffe, Rumah Kreatif Tamiang juga memiliki sub-unit usaha Rumah Limbah. Rumah Limbah adalah tempat pengolahan minyak jelantah yang merupakan limbah rumah tangga menjadi lilin aroma terapi dan sabun. Produk Rumah Limbah dipasarkan di Galeri Ajang Ambe. Galeri Ajang Ambe adalah pusat pemasaran berbagai produk UMKM yang ada di Aceh Tamiang yang didirikan pada 2016.
Desperdi menjelaskan Program Galeri Ajang Ambe memafasiliasi pelaku UMKM di Aceh Tamiang untuk dapat mengikuti berbagai kegiatan peliatihan, inovasi peningkatan kualitas produk hingga ke pemasaran secara online yang menjadi program tahun ini.
“Selain kolaborasi dengan digitalisasi layanan jual beli, produk baru yang dikembangkan adalah inovasi produk olahan makanan dan kerajinan yang memiliki nilai inovasi budaya seperti kopi pandan dan tas border Aceh Tamiang,” terang Desperdi.
Dijelaskan pula bahwa Program Rumah Kreatif Tamiang bersinergis juga memiliki Pusat Pemberdayaan Masyarakat Pertamina (PPMP). Terdapat pemanfaatan gas sisa produksi yang digunakan untuk menghasilkan energi listrik yang disimpan pada kotak energi. Gas ini dapat digunakan untuk kondisi darurat serta mengurangi biaya operasional usaha kelompok difabel.
Kemudian ada juga program pendampingan Kelompok “Meghek Betuah” Petani Aren yang diinisiasi pada 2019. Program ini bertujuan menghasilkan One Village One Product (OVOP). Anggota kelompok Aren Meghek Betuah berjumlah 17 orang anggota yang termasuk di dalamnya terdapat tiga orang pengurus kelompok.
Selain menjual gula aren dalam bentuk blok, Kelompok Meghek Betuah juga melakukan inovasi produksi produk turunan gula aren nira diantaranya, gula cair dan gula aren semut. Program Rumah Kreatif Tamiang mengimplementasi Sustainable Development Goals.
Program Rumah Kreatif Tamiang telah mengimplementasi tujuan 5 SDGs tentang kesetaraan gender dengan melibatkan 25% anggota kelompok difabel perempuan dalam usaha kelompok. Selanjutnya program ini juga mengimplementasi tujuan 7 SDGs tentang Energi Bersih, dimana telah memanfaatkan solar sel dalam suplai listrik operasional usaha dan tujuan 8 SDGs tentang Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi bagi penyandang difabel.
“Program Rumah Kreatif Tamiang mengimplementasikan sustainable Develompment Goals sebagai indikator tujuan pembangunan yang menjaga peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan dan berkelanjutan,” ujar Head of Comrel & CID Zona 1 Djulianto Tasmat.