Beranda ENERGI Jokowi Pamerkan PLTS Apung Terbesar di Asia Tenggara

Jokowi Pamerkan PLTS Apung Terbesar di Asia Tenggara

Jokowi Pamerkan PLTS Apung Terbesar di Asia Tenggara
Presiden Joko Widodo memberikan sambutan dalam pembukaan Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024 di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Kamis (5/9/2024). (Dok. ISF)

Jakarta, TAMBANG – Presiden Jokowi memamerkan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Apung Waduk Cirata dalam sambutannya di hadapan peserta Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2024, Kamis (5/9).

Total kapasitas yang dimiliki oleh PLTS Apung Terbesar di Asia Tenggara itu sebesar 192 megawatt peak (MWp). Dengan kapasitas tersebut, PLTS Apung Waduk Cirata mampu memasok listrik ke sekitar 50.000 rumah tangga di wilayah Jawa, Madura, hingga Bali.

“Kami juga memiliki PLTS Apung di Waduk Cirata dengan kapasitas 192 MWp. Terbesar di Asia Tenggara dan terbesar ketiga di dunia,” ujar Jokowi dalam gelaran yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenkomarves) dan didukung oleh Kamar Dagang Industri (Kadin).

Proyek energi terbarukan jalur surya ini, terapung di atas permukaan air seluas 200 hektar atau sekitar 4% dari total luasan Waduk Cirata yang berlokasi di tiga Kabupaten Jawa Barat yakni Purwakarta, Cianjur, dan Bandung.

Adapun pembangunannya dilakukan oleh PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) anak perusahaan PT PLN (Persero) yang bekerja sama dengan perusahaan energi terbarukan asal Uni Emirat Arab, Masdar.

Adapun presentase kepemilikan saham oleh negara melalui PLN sebesar 51% dan Masdar sebesar 49% dengan nilai investasi mencapai USD145 juta atau sekitar Rp2,2 triliun.

Selain itu, PLTS Apung skala besar ini terdiri dari 13 pulau dengan total lebih dari 340 ribu panel surya dan disebut bisa mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) hingga 214.000 ton per tahun.

Catatan Penting Pengembangan Energi Hijau

Presiden Jokowi dalam sambutannya, menekankan bahwa permasalahan iklim tidak akan bisa terselesaikan selama dunia menggunakan pendekatan ekonomi, keuntungan sendiri, dan mementingkan egosentris sendiri.

“Untuk menyelesaikannya, butuh pendekatan yang kolaboratif, butuh pendekatan yang berperikemanusian. Kolaborasi antara negara maju dengan negara berkembang, dan kemanusian agar prosesnya tidak mengorbankan kepentingan rakyat kecil,” tegas Jokowi.

Potensi energi hijau yang dimiliki Indonesia mencapai lebih dari 3.600 gigawatt. Akan tetapi menurut Jokowi, potensi tersebut tidak akan berdampak signifikan selama negara maju tidak berani berinvestasi, riset serta teknologi tidak dibuka secara luas, dan sumber pendanaan tidak diberikan dalam skema yang meringankan negara berkembang.  

“Indonesia sangat terbuka bermitra kepada siapapun untuk memaksimalkan potensi bagi dunia yang lebih hijau, untuk memberikan akses energi hijau yang berkeadilan, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkelanjutan,” pungkasnya.

Baca Juga: Presiden Jokowi Serukan Peningkatan Kerja Sama Global Hadapi Krisis Iklim