Jakarta, TAMBANG – PT Timah Tbk (PT Timah) tampil menjadi pembicara pada kegiatan Indonesia Miner Conference & Exhibition 2024. Indonesia Miner adalah gelaran Konferensi dan Pameran yang menjadi ajang bertemunya para pakar, decision maker, dan seluruh pemain industri pertambangan di Indonesia.
Pada konferensi yang dilaksanakan di The Westin Hotel Jakarta pada Selasa 4 Juni 2024, Direktur Pengembangan Usaha PT Timah Tbk, Dicky Octa Zahriadi mengawali sesi dengan penjelasan tentang outlook bisnis PT Timah Tbk yaitu Operasi dan Produksi bijih timah hingga logam sampai dengan potensi mineral ikutan yang dimiliki oleh perusahaan.
“Saat ini PT Timah Tbk, concern pada bisnis inti perusahaan, yaitu produksi logam timah untuk memenuhi permintaan ekspor. Selain itu juga kami melirik optimalisasi potensi mineral ikutan timah seperti monazite, zircon dan lainnya,” Jelas Dicky.
Pada gelaran bertema The Challenge and Potential of Tin as Strategic Asset, PT Timah Tbk juga memaparkan tentang concern mereka pada wacana Hilirisasi yang telah didorong pemerintah beberapa waktu lalu. Direktur Pengembangan Usaha PT Timah Tbk menjelaskan bahwa Perusahaannya telah memiliki downstream dari produk timah yang dilakukan anak usaha PT Timah yakni PT Timah Industri yang memproduksi tin solder, tin powder dan beberapa produk lainnya.
Dicky juga memaparkan tentang kondisi pertimahan di Indonesia termasuk tata kelola pertambangan timah yang masih belum ideal. Sehingga perlu dukungan semua pihak untuk bisa memperbaiki tata kelola timah agar bisa memberikan dampak yang optimal bagi masyarakat dan negara.
“Timah menjadi salah satu komoditas yang dibutuhkan untuk berbagai perangkat elektronik. Meski bukan komponen utama tapi semuanya butuh timah. Sehingga negara harus hadir untuk mengatur timah baik dari sisi regulasi maupun kebijakan agar bisa memberikan dampak yang optimal bagi negara,” ucap Dicky.
Indonesia berperan penting sebagai salah satu produsen timah global, hal ini seharusnya menguatkan peran Indonesia sebagai penentu harga timah dunia. Namun, untuk bisa mewujudkan hal ini harus dilakukan perbaikan tata kelola timah.
“PT TIMAH mendukung perbaikan tata kelola timah di Indonesia dan jika perlu kami siap untuk kolaborasi membentuk pilot project untuk itu, agar timah ini bisa memberikan kontribusi yang lebih optimal, beberapa waktu ini kita melihat fakta naik turunnya harga sangat terpengaruh oleh pasokan timah Indonesia. Ini adalah fakta yang membuktikan bahwa indonesia sangat berpengaruh terhadap pasar global. Sehingga perlu ada tata kelola penambangan dari hulu ke hilir yang lebih baik,” katanya.
Dicky menegaskan PT Timah siap berkolaborasi dengan pelaku usaha pertambangan timah untuk menciptakan ekosistem timah yang positif sesuai peraturan, tidak merusak lingkungan dan memberikan kontribusi yang optimal bagi negara.
“Kami berkomitmen dan siap berkolaborasi dengan pelaku usaha pertimahan untuk melaksanakan proses bisnis sesuai regulasi yang berlaku dan menciptakan ekosistem timah yang positif,” tegasnya.
Sementara itu, Anggota Komisi VII DPR RI Bambang Patijaya yang hadir dalam forum ini mengamini perlunya perbaikan tata kelola timah di Indonesia. Sehingga hilirisasi yang digadang-gadangkan Pemerintah dapat berjalan sesuai rencana.
“Perlu tata kelola timah yang baik, ini sudah dimulai dengan timah ditetapkan sebagai salah satu mineral strategis. Tapi yang perlu kita lakukan adalah memperbaiki timah dari hulu ke hilir agar hilirisasi bisa berjalan dengan baik,” ucapnya.
Saat ini, kata Bambang perlu penanganan khusus dalam mengelola pertimahan. Setidaknya harus memenuhi tiga poin penting yakni pelibatan masyarakat, penegakan aturan dan orientasi terhadap lingkungan.