Jakarta, TAMBANG – Tak dipungkiri, batu bara masih menjadi sumber energi andalan di masa transisi energi termasuk di Indonesia. Ini tidak lepas dari keberadaan sumber daya dan cadangan batu bara domestik yang melimpah dan tergolong murah dibanding yang lain.
Peneliti di Pusat Penelitian Energi Baru dan Terbarukan dan Purnabakti Guru Besar Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung (ITB), Dwiwahju Sasongko menyampaikan agar batu bara dimanfaatkan secara bijak. Artinya, kata dia, meski penggunaan batu bara kerap membuat masalah, di sisi lain ada teknologi untuk menanggulangi hal itu.
“Kita sadar bahwa fosil itu banyak membuat masalah. Tapi kan manusia tidak boleh berhenti. Ternyata kita bisa menanggulangi. Gunakan batu bara secara bijak. Bijak itu ada teknologi lain yang bisa menangani masalah,” ungkap Dwiwahju Sasongko kepada awak media, dikutip Kamis 18/7).
Menurut Prof Song, sapaan akrab Dwiwahju Sasongko, ada banyak inovasi yang bisa menanggulangi masalah yang ditimbulkan si emas hitam ini seperti konversi emisi CO2 dari batu bara menjadi metanol. Ada juga teknologi yang bisa mengubah abu terbang batu bara (fly ash) menjadi adsorben.
“CO2 bisa dikonversi jadi metanol. Fly ash-nya jadikan adsorbennya, banyak hal yang bisa seperti itu,” ungkap Prof Song.
Terkait hal ini, Pemerintah berkomitmen untuk mengimplementasikan clean coal technology dengan mengembangkan Carbon Capture, Utilization and Storage (CCUS) untuk menangkap emisi karbon dari pebangkit listrik batu bara (PLTU).
Sejumlah perusahaan juga sudah memanfaatkan fly ash bottom ash (FABA) untuk beberapa hal seperti bahan baku konstruksi yang dilakukan PT PLN Persero. Perusahaan listrik negara ini juga memanfaatkan FABA jadi pupuk di Bangka Tengah.
Hal serupa dilakukan PT Pesona Khatulistiwa Nusantara (PKN). Perusahaan pertambangan batu bara ini mengubah FABA jadi batako dan paving blok.
Sementara itu, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) memanfaatkan FABA sebagai material penetralisir air asam tambang alias Non Acid Forming (NAF). Aksi ini dilakukan PTBA dengan menggandeng Sub Holding PLN Nusantara Power (PLN NP).