Jakarta – TAMBANG. PT J Resources Asia Pasific Tbk (IDX : PSAB) mendapatkan ijin tambang emas baru di Terengon, Malaysia. Saat ini perseroan sedang melakukan kegiatan eksploitasi dan eksplorasi.
“Diharapkan akhir tahun ini sudah bisa terdapat tambahan cadangan dari area tersebut,” ujar William Surnata, Direktur Keuangan perseroan setelah RUPSLB rabu (12/10).
Dirinya mengatakan bahwa perseroan akan menjaga stabilitas kinerjanya. Sehingga walaupun berpotensi mendapat cadangan emas baru, perseroan justru akan menurunkan produksinya.
Produksi perseroan tahun 2015 lalu mencapai 250 kg, sedangkan produksi hingga september 2016 mencapai 180 kg. Revenue perseroan tahun lalu diatas us$200 juta, dan untuk tahun ini targetnya kurang lebih sama.
“Harga emas tahun ini 1251 per troy ounce, harga emas tahun lalu 1165 per troy ounce. Jadi ada kenaikan, sehingga kita turunkan produksi agar revenue tetap sama tahun lalu,” papar William.
Cadangan terbukti perseroan pada bulan desember kemarin mendekati 2 juta ton, dengan total cadangan mendekati 6 juta ton. Diproyaksikan akhir tahun ini cadangan terbukti mencapai lebih dari 2,5 juta ton. William yakin, dengan produksi perseroan yang berada pada angka 200 kg pertahun, cadangan dapat bertahan hingga 10 tahun.
“Kita ingin memperlihatkan bahwa kita mempunyai banyak cadangan terbukti. Kita tidak perlu menghabiskan cadangan bumi, kita harus berpikir panjang,” ujarnya.
Sedangkan proyek Pani yang berada di Sulawesi Utara saat ini sudah mendapakan izin Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL) bulan Juli 2016. Perseroan pun sesegera mungkin akan memulai konstruksi, namun sebelumnya akan dilakukan pembebasan lahan di sekitar proyek.
Besaran lahan yang dibebaskan menurut William tidak terlalu besar, dikarenakan pembangunan akan dilakukan secara bertahap. Sehingga diproyeksikan smelter pengolahan PSAB akan selesai tahun depan.
Investasi untuk Pani menghabiskan dana US$50 juta, namun William mengaku akan memperbesar proyek di Pani dari saat ini 20 ribu kg per tahun menjadi 80-100ribu kg per tahun. Sehingga otomatis akan menambah jumlah investasi.
“Tambahan tersebut akan dilakukan dengan mempelajari hasil pengeboran,” papar William.
Sedangkan untuk proyek di Malaysia, hanya membutuhkan dana sekitar US$10 juta. Dana tersebut dibutuhkan untuk mengebor, sedangkan alat-alatnya akan menggunakan dari proyek lama yang letaknya bersebelahan.
Perseroan saat ini memiliki delapan proyek utama, empat diantaranya sudah dalam tahap operasi produksi dan lainnya dalam tahap pengembangan dan eksplorasi. Sebagian besar proyek berada di Indonesia, kecuali tambang Penjom yang berada di negara bagian Pahang, Semenanjung Malaysia.