Jakarta, TAMBANG – Indonesia Petroleum Association (IPA) menyebut bahwa minyak dan gas (migas) adalah sumber energi yang sangat penting di masa transisi energi. Hal tersebut disampaikan Wakil Presiden IPA, Ronald Gunawan dalam konferensi pers IPA Convention and Exhibition (IPA Convex) di Jakarta, Kamis (20/7).
“Kita itu pindah dari energi fosil ke green energy, tapi transisi juga perlu waktu dan perlu media untuk menuju ke sana, nah disitulah peran oil dan gas,” ungkap Ronald.
Ke depan gas diprediksi akan lebih sering digunakan lantaran memiliki sejumlah keunggulan di antaranya emisi karbonnya yang rendah. Kata Ronald, di masa transisi yang utama adalah ketahanan energi dan itu berlaku di semua negara.
“Gas itu nanti akan lebih banyak dipakai tapi oil juga tetap. Makanya di dunia ini bilang bahwa energy security itu utama dulu,” ungkap dia.
Menurut Ronald, tiap-tiap negara memiliki kebijakan yang berbeda-beda dalam mewujudkan net zero emission ini. Bahkan Eropa sekalipun masih membutuhkan migas dalam proses transisi energinya.
“Jadi negara-negara eropa bisa lebih fight dibanding asia yang digadang-gadang jadi pusat ekonomi masa depan itu akan berbeda. Oil dan gas itu akan berperan besar,” ujar dia.
Transisi energi sendiri merupakan proses merubah penggunaan sumber energi berbasis fosil dan tidak ramah lingkungan menjadi penggunaan energi bersih dan ramah lingkungan seperti panel surya, air, panas bumi, dan angin.
Di Indonesia, kebijakan transisi energi dituangkan dalam beberapa hal seperti target bauran energi baru dan terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025. Di samping itu, Indonesia juga meningkatkan komitmen pencapaian Nationally Determined Contribution (NDC) pada tahun 2030 dengan target penurunan emisi per 23 September 2022 sebesar 31,89% yang sebelumnya 29% unconditionally dan 43,20% (sebelumnya 41%) conditionally.