Jakarta,TAMBANG,- PT Amman Mineral Internasional,Tbk (AMMN) terus mengembangkan aset-aset pertambangan. Saat ini sedang dilaksanakan penambangan bijih Fase 7 di tambang Batu Hijau saat ini sedang berlangsung dan akan berlanjut hingga tahun 2024. Pada saat yang sama, pembuangan limbah Fase 8 berjalan sesuai rencana, dan akan memulai penambangan bijih Fase 8 pada tahun 2025 hingga 2030.
Berdasarkan serangkaian catatan cadangan bijih yang disampaikan konsultan pertambangan independen dengan pengeboran dan pemodelan sumber daya pada tahun 2020 fase 8 diharapkan menghasilkan 460 juta ton bijih. Dari jumlah tersebut nantinya diharapkan dihasilkan 3.815 juta pon tembaga, 5,2 juta ons emas, dan 16,4 juta ons perak, yang secara efektif memperpanjang umur tambang selama enam tahun.
“Kami berkomitmen untuk menggunakan teknik-teknik terkini dan mengkoneigurasi ulang urutan penambangan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi,” disampaikan Arief Sidarto, Direktur Keuangan AMMAN dalam siaran pers yang diterima www.tambang.co.id.
Disebutkan bahwa deposit Elang adalah salah satu deposit tembaga dan emas poreiri terbesar di dunia yang belum dikembangkan dan terletak dekat dengan tambang Batu Hijau. Setelah penambangan bijih Fase 8 selesai, AMMAN berencana untuk memulai produksi di tambang Elang mulai tahun 2031 hingga 2046. Tambang Elang akan memanfaatkan infrastruktur pemrosesan yang ada di Batu Hijau sepanjang umur tambangnya. Studi Kelayakan Definitif untuk Elang yang sedang berlangsung diharapkan selesai pada tahun 2024.
Pengembangan Smelter
AMMN memperluas pabrik konsentrator untuk meningkatkan kapasitas hingga 85 juta ton per tahun (Mtpa). Ini berarti lebih dari dua kali lipat kapasitas saat ini. Hal ini dibutuhkan untuk memproses pasokan bijih dari Fase 8 Batu Hijau dan Elang di masa depan, yang diperlukan untuk memenuhi permintaan akan produk yang terus meningkat.
Pada saat yang sama, Perusahaan sedang membangun fasilitas PLTGU dengan kapasitas 450 MW dan fasilitas LNG pendukungnya. “Komitmen kami untuk meminimalkan dampak terhadap lingkungan tetap menjadi prioritas utama”terang Arief.
Saat ini AMMN sedang membangun fasilitas smelter tembaga dan PMR dengan total kapasitas input sebesar 900.000 metrik ton per tahun (“tpa”) konsentrat dari tambang Batu Hijau dan tambang Elang di masa depan. Produksi smelter adalah katoda tembaga yang akan mencapai 222 kilo ton per tahun dan asam sulfat mencapai 830 kilo ton per tahun (“Ktpa”).
Sementara itu, PMR akan mendapatkan input slime anoda dari proses pemurnian di fasilitas smelter tembaga, sebanyak 970 tpa. Produk dari PMR setiap tahun antara lain mencapai 18 tpa emas batangan, 55 tpa perak batangan, dan 70 tpa selenium.
Hingga September 2023, kemajuan pembangunan proyek smelter dan PMR telah mencapai 67,1% dan 65,4%2 dari target penyelesaian. Dengan penyelesaian mekanis ditargetkan pada bulan Mei 2024. Pembangunan proyek smelter ini sejalan dengan agenda strategis Pemerintah Indonesia untuk hilirisasi industri.
Sementara untuk ekspor konsentrat, AMNT mendapatkan izin ekspor yang diterbitkan oleh Kementerian Perdagangan RI untuk mengekspor konsentrat pada 24 Juli 2023. Izin ekspor konsentrat sebanyak 900.000 metrik ton basah berlaku sampai 31 Mei 2024. Sesuai Peraturan Menteri Keuangan No. 71/2023, AMMN akan membayar bea keluar sebesar 10% hingga 31 Mei 2024. “Kami akan terus berkomunikasi dengan Pemerintah untuk meningkatkan tonase izin ekspor kami (bila diperlukan) dan melanjutkan ekspor konsentrat hingga smelter kami beroperasi penuh,”tutup Arief.