Jakarta,TAMBANG,- PT Delta Dunia Mandiri,Tbk (DOID) mengaku optimis menatap tahun 2023. Di tahun ini, induk dari perusahaan kontraktor tambang nomor dua di Indonesia PT Bukit Makmur Mandiri (BUMA) menargetkan volume Overburden (OB) antara 560 juta sampai 630 juta ton BCM. Ini berarti ada kenaikan dari capaian tahun ini diangka 547 juta BCM. Sementara produksi batu bara di tahun 2023 ditargetkan antara 75 sampai 80 juta ton. Lebih rendah dari capaian tahun 2022 dimana perseroan berhasil memproduksi batu bara diangka 87 juta ton.
Dari target operasi tersebut, perseroan mematok target pendapatan tahun ini antara USD1,525 sampai1,675 juta. Sementara belanja modal (capital expenditure) yang perusahaan siapkan untuk tahun ini sebesar antara USD105 juta sampai USD145 juta.
Ronald Sutardja, Presiden Direktur DOID menjelaskan bahwa belanja modal tahun ini akan dialokasikan diantaranya untuk pembelian alat, pengembangan teknologi dan infrastruktur. Meski demikian Ia menegaskan bahwa secara besaran alokasi belanja modal perseroan dalam beberapa tahun ke depan akan melandai.
“Ini karena perusahaan sudah membeli alat beberapa tahun silam. Dengan terpenuhinya peralatan operasi yang dibutuhkan maka Capex beberapa tahun ke depan akan melandai. Meski dengan Capex yang kecil kami bisa menghasilkan uang banyak,”tandas Ronald saat media briefing dan buka puasa bersama Media di Jakarta (28/3).
Di kesempatan itu, Ronald juga memperkenalkan beberapa entitas baru DOID. “Jika pada tahun 2021, DOID hanya dikenal lewat anak usahanya PT Bukit Makmur Mandiri (BUMA) saja sebagai kotraktor tambang terbesar kedua di Indonesia. Sekarang sudah mulai berkembang,”terangnya.
Ia kemudian menjelaskan beberapa perusahaan yang ada dibawah bendera DOID. Mulai dari BUMA Australia Pty Ltd (BUMA Australia), persis seperti BUMA di Indonesi tetapi kerjanya di Australia. Perusahaan ini masuk dalam lima besar perusahaan kontraktor di Australia. BUMA Australia dibentuk setelah DOID sukses mengakuisisi perusahaan kontraktor tambang milik Downer, Australia.
Saat ini BUMA Australia menjadi kontraktor di beberapa tambang yang dimiliki oleh perusahaan tambang papan atas seperti tambang BMA-Blackwater dan Tambang BMA-Goonyela milik BHP Billiton dan Mitsubishi Alliance. Juga tiga tambang lainnya.
“Kemudian kami juga sudah membentuk PT Bukit Teknologi Digital (BTECH) yang fokus pada pengembangan teknologi yang hemat biaya dan efisien untuk operasi. Untuk saat ini teknologi sudah merupakan kebutuhan sehingga kami perlu membentuk perusahaan yang focus pada pengembangan teknologi,”terang Ronald. Teknologinya sudah langsung digunakan di BUMA Australia.
Perusahaan keempat yang juga dibentuk DOID fokus pada aspek sosial yakni PT Bisa Ruang Nusantara (BIRU). “Kami sadar bahwa sebagai bagian hidup dari kami, sosial management, community management sudah bagian dari kami. Kami rasa akan lebih baik kalau kami focus pada satu perusahaan yang khusus menangani ini,”tandasnya.
Ronald menegaskan bahwa tahun 2022 menjadi titik awal transformasi DOID. Ini seiring dengan hadirnya BUMA Australia Pty.Ltd. “Ini membuat kami bekerja di dua wilayah, Indonesia dan Australia yang memang sangat kuat di tambang,”ungkapnya.
Nilai plus lainnya adalah kontrak yang dikantongi DOID dengan para customer adalah kontrak jangka panjang. Kemudian pelanggan yang mengikat kontrak dengan DOID pun adalah perusahaan-perusahaan tambang papan atas yang sangat kuat fundamentalnya baik di Indonesia seperti PT Adaro Indonesia dan PT Berau Coal maupun di Australia dengan BHP Billiton.
Juga kontrak yang sudah ditandatangani ini bukan saja dengan termal coal tetapi juga dengan metcoal yang merupakan batubara untuk industri baja.