Jakarta- TAMBANG. Perusahaan minyak saat ini sedang menghadapi tantangan yang cukup berat. Pelemahan harga minyak dunia yang cukup dalam serta berlangsung cukup lama ini telah membuat perusahaan minyak berada dalam situasi sulit. Berbagai upaya pun dilakukan perusahaan migas untuk bisa bertahan.
Lembaga riset terkemua, Price Waterhouse Coopers (PwC) dalam siaran persnya memberi masukan agar Perusahaan minyak dan gas perlu memperluas fokus mereka di luar masalah jangka pendek seperti penurunan harga minyak dan over supply. Dalam laporan PwC terkait energi di masa depan, disampaikan masih ada beberapa hal yang juga harus menjadi perhatian perusahaan migas salah satunya aspek geopolitik.
Kesepakatan perubahan iklim di Paris,Prancis pada Desember tahun lalu misalnya juga turut mengguncang idnustri migas dunia. Ini menjadi momentum untuk menggantikan bahan bakar fosil dengan sumber energi yang lebih bersih. Kesepakatan ini turut mempengaruhi penurunan harga minyak dunia.
Meski sedang berada dalam tekanan, penulis laporan menilai bahwa perusahaan migas harus punya kemapuan untuk bermain dalam transisi energi dan menjadi peluang bargi perusahaan yang bisa memanfaatkan masa transisi energi tersebut. Perusahaan migas akan berhasil jika bisa beradaptasi dalam situasi atau masa transisi ini.
Viren Doshi, Kepala Strategi & pemimpin bidang minyak dan gas mengatakan bahwa sejauh ini berita yang utama terkait harga minyak dunia yang tertekan. “Namun yang tidak kalah penting adalah melihat ke depan seperti pasokan shale gas dari Amerika Serikat yang telah memberi kontribusi besar pada situasi saat ini,”kata Viren.
Viren selanjutnya menjelaskan bahwa permintaah global atas energi masih akan bertumbuh untuk jangka panjang. Namun harus diingat bahwa saat ini sedang dalam masa transisi ke sumber energi karbon rendah.
“Ini menjadi momentum untuk menggantikan bahan bakar fosil dengan mulai membangun sumber energi yang lebih bersih. Dan perusahaan migas perlu mempertimbangkan masa depan mereka dalam konteks ini,”ungkap Viren dalam siaran Pers yang diterima Majalah TAMBANG.
Perusahaan migas dalam merespon tantangan menurut Viren hendaknya melhat dalam perspektif jangka panjang, berinovasi, beradaptasi dan mengukur tren utama. Dari sana batu ditentukan rencana investasi jangka menengah-panjang.
Dalam laporan Energi di masa depan ini, PwC mengusulkan kerangka kerja yang dapat membantu perusahaan berhasil menavigasi pasar global yang semakin kompleks dan stabil selama lima sampai lima belas tahun ke depan.
Kerangka kerja ini mengevaluasi potensi di jangka panjang, mengukur tingkat gangguan dan laju perubahan. Pertama, Sektor minyak dan gas berkembang sepanjang garis saat ini dengan intervensi pemerintah yang terbatas. Dengan harga mengalami volatilitas dan tantangan dari pendanaan, mendorong kolaborasi yang lebih besar antara operator dan penyedia layanan untuk mendorong efisiensi dan mengurangi biaya. Gas semakin menjadi bahan bakar transisi sangat penting.
Hal kedua, permintaan dari konsumen energi (retail & komersial) untuk energi bersih mendorong transisi menuju energi berbasis karbon rendah yang mendorong investasi swasta yang signifikan dalam bidang teknologi di sumber energi yang ramah lingkungan.
Ketiga, Pemerintah pasti akan menindaklanjuti COP21 dengan regulasi, insentif dan investasi langsung, mendorong efisiensi energi meningkat, perluasan permintaan energi terbarukan dan percepatan dan permintaan teknologi energi terbarukan. Hal ini menempatkan tekanan lebih lanjut pada penyedia bahan bakar fosil yang perlu menemukan cara baru untuk bekerja.
Keempat, kendala Pasokan dipicu melalui tindakan langsung pemerintah, seperti menerapkan undang-undang karbon atau pemotongan lisensi (mis Shale, Arctic), atau gangguan geopolitik, yang juga dapat berkontribusi terhadap peningkatan volatilitas secara periodik dan regional.
Menurut Sacha Winzenried, PwC Indonesia Energy, Utilitas & Pertambangan mengatakan setiap perspektif akan mengarah pada dinamika pasokan, permintaan dan pasar. “Megatrends mentransformasi industri dan ini membuat navigasi masa depan semakin menantang. Industri minyak dan gas sedang menghadapi lingkungan yang kompleks dan sulit pada hari ini, dengan harga komoditas yang rendah. Masa depan mungkin akan membawa ketidakpastian yang lebih besar,” demikian Sacha.
Sacha juga mengakui dalam prakteknya, tidak ada perspektif masa depan tunggal. Kerangka ini memungkinkan bisnis untuk mempertimbangkan berbagai skenario nyata. “Hal ini memungkinkan mereka untuk menilai kembali strategi mereka saat ini dan rencana, dengan implikasi untuk model operasi, strategi kemitraan, sumber daya dan kemampuan teknis dan daerah lainnya,”katanya.
Laporan ini mengeksplorasi dampak empat perspektif tersebut di masa depan pada rantai minyak dan nilai gas. Ini menyatakan bahwa sementara berbagai elemen dapat bermain dalam cara-cara yang berbeda di berbagai daerah, maka akan semakin penting bahwa perusahaan dapat menunjukkan beberapa hal ini.
Hal pertama dimulai dari sebuah strategi yang jelas dan keselarasan dengan membuat portofolio, proses keputusan dan kemampuan. Hal kedua dari sisi kemampuan untuk lebih tangkas dan tangguh di saat yang tidak menentu. PwC juga mendorong sebuah respon yang inovatif untuk perubahan dengan menggunakan aset yang ada serta teknologi, pengetahuan dan kemampuan.
Kemudian sebuah kesiapan untuk membentuk aliansi dan berkolaborasi di seluruh rantai pasokan, dengan fokus yang tumbuh di keuntungan efisiensi dan mengurangi emisi daripada biaya dan risiko berbagi. Dan tentu saja menjaga lisensi sosial untuk beroperasi dengan mempertahankan kepercayaan dan dukungan dari investor dan stakeholder yang lebih luas melalui peningkatan transparansi.
PwC dalam kajian menegaskan bahwa untuk semua ketidakpastian yang mungkin menggambarkan masa depan industri, satu hal yang pasti – industri minyak dan gas telah terus-menerus menunjukkan ketahanan dan inovasi untuk beradaptasi dengan dunia secara dramatis berubah. PwC masih yakni sektor migas masih akan terus memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan energi kita ditengah perubahan yang ada.