Beranda Tambang Today Ini Langkah PT Mifa Bersaudara Bertahan Ditengah Anjloknya Harga Batubara

Ini Langkah PT Mifa Bersaudara Bertahan Ditengah Anjloknya Harga Batubara

Jakarta,TAMBANG,- Industri pertambangan telah menunjukkan peran penting dalam menunjang perekonomian nasional dan daerah. Salah satu kontribusinya ke daerah berupa kontribusi untuk PAD. Namun harus diakui industri berbasis komoditi memiliki beragam risiko baik kondisi ekonomi global maupun kebijakan. Ini yang terjadi dengan industri pertambangan batu bara.

Batubara selama ini telah menjadi salah satu sumber energi fosil pilihan khusus untuk listrik. Namun seiring dengan gerakan global untuk menekan emisi karbon menuju net zero emission pada 2060 ada dorongan untuk mulai mengurangi pemanfaatan batubara. Hal ini memberi tekanan pada pasar batubara. Setelah mencatat rekor tertinggi pada tahun 2022, harga batubara dalam trens yang terus menurun.

Kondisi ini kemudian semakin pelik dengan adanya beberapa kebijakan di awal tahun 2025. Pemerintah mewajibkan pelaku industri pertambangan termasuk batubara untuk menggunakan B40 atau dengan kata lain bahan bakar dengan pencampuran FAME sebanyak 40%. Untuk produk ini harganya lebih mahal 15% – 20% dari B30. Dampak lain ada biaya perawatan alat berat yang beroperasi di tambang pun meningkat.

Kebijakan lain yang juga akan diterapkan di industri pertambangan yakni kebijakan Devisa Hasil Ekspor yang wajib ditempatkan dalam negeri. Jika sebelumnya hanya 30% untuk tiga bulan maka kebijakan terbaru wajib 100% wajib ditempatkan dalam negeri untuk jangka waktu setahun. Saat ini Pemerintah sedang mempersiapkan aturan terbaru merupakan revisi aturan sebelumnya yang dirilis pada akhir tahun 2023. Kebijakan ini akan mempengaruhi arus kas perusahaan termasuk dalam pemenuhan beberapa kewajiban.

Dalam situasi yang demikian pelaku usaha di sektor pertambangan khusus batubara akan tetap berusaha untuk beroperasi. Hal ini dilakukan karena mempertimbangkan banyak aspek termasuk karyawan dan pekerja. Oleh karenanya dalam menjalankan industri ini diperlukan kestabilan sosial termasuk dukungan pemerintah daerah dan masyarakat agar industri ini bisa terus berjalan.

Khusus untuk industri batubara Aceh, dengan karakteristik batubara yang khas harga jualnya paling rendah di antara jenis batubara lain yang diproduksi di Indonesia. Oleh karenanya selain efisiensi operasional yang dilakukan juga dukungan keamanan menjadi sangat penting. Tanpa dukungan ini, perusahaan tidak akan mampu menjalankan efisien biaya produksi, yang dapat mengakibatkan kerugian finansial.

Untuk diketahui, berdasarkan Indonesian Coal Index Report yang dikeluarkan oleh Argus/Coalindo, sebuah lembaga yang mengeluarkan pedoman harga batubara international batubara Aceh Barat termasuk golongan ICI 5 (Indonesian 3.400 GAR/3.000 NAR). Harga di tanggal 25 Januari 2025 kemarin sudah menyentuh angka 29,82 USD/Ton. Sudah mengalami koreksi yang sangat dalam dari harga pekan sebelumnya di 30,07 USD/Ton.

Menghadapi tantangan penurunan harga batubara di awal tahun 2025 ini, PT Mifa Bersaudara sebagai salah satu perusahaan tambang batu bara Aceh yang sudah beroperasi lebih dari satu dekade, terus menerapkan berbagai strategi efisiensi operasional serta menjalin kemitraan strategis untuk menjaga industri tetap bertahan.

Kepala Teknik Tambang PT Mifa Bersaudara, Hadi Firmansah, mengungkapkan bahwa perusahaan terus berupaya menyesuaikan operasionalnya agar tetap produktif dan berkelanjutan.

Menurutnya, langkah pertama yang diambil perusahaan adalah optimasi biaya produksi, terutama dengan meningkatkan efisiensi di setiap tahap operasi. “Kami melakukan pengurangan biaya operasional dengan tetap menjaga kualitas dan keselamatan kerja. Efisiensi ini mencakup berbagai aspek, mulai dari penggunaan bahan bakar hingga manajemen alat berat,” ujarnya.

Selain itu, PT Mifa Bersaudara juga menegosiasikan ulang kontrak dengan pemasok dan mitra kerja untuk mendapatkan harga yang lebih kompetitif dalam pengadaan bahan bakar, suku cadang, sewa peralatan operasional, serta jasa penambangan.

“Langkah lainnya adalah meninjau kembali kebutuhan tenaga kerja. Kami memastikan produktivitas tetap optimal tanpa mengorbankan aspek keselamatan atau kualitas produksi,” tambah Hadi.

PT Mifa Bersaudara juga tetap menjaga kontrak jangka panjang dengan pelanggan utama. Dengan menjamin kualitas, kuantitas, serta ketepatan pengiriman produk, sehingga perusahaan dapat mengamankan volume penjualan dan kepastian pasar meskipun dengan harga yang cenderung terus turun.

Dalam menghadapi kondisi pasar yang tidak menentu, PT Mifa Bersaudara juga menyesuaikan pola produksi dengan meningkatkan produktivitas alat tambang. “Kami meningkatkan jam kerja efektif dan volume produksi guna memaksimalkan hasil tambang dengan sumber daya yang ada,” jelas Hadi.

Langkah ini diharapkan dapat mengoptimalkan kapasitas produksi tanpa menambah biaya yang signifikan, sehingga operasional perusahaan tetap efisien.

Selain efisiensi operasional, PT Mifa Bersaudara juga memperkuat jaringan kemitraan dengan berbagai pihak guna meningkatkan daya saing di industri batubara. “Kami bermitra dengan para profesional pertambangan yang tergabung dalam organisasi seperti PERHAPI dan AKPI, serta organisasi perusahaan pertambangan APBI – ICMA,” kata Hadi.

Tak hanya itu, perusahaan juga menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi dan sekolah kejuruan. “Kemitraan ini tidak hanya untuk memperkuat jaringan profesional, tetapi juga untuk mendukung pengembangan sumber daya manusia di sektor pertambangan,” tambahnya.

Dengan strategi efisiensi operasional, penyesuaian pola produksi, serta penguatan kemitraan, PT Mifa Bersaudara berkomitmen untuk tetap bertahan dan berkembang di tengah terpaan tantangan harga batubara di tahun 2025 ini.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini