Batu Hijau,TAMBANG, Produsen tembaga terbesar kedua Indonesia PT Amman Mineral Internasional, Tbk (AMMN) memastikan proyek pengembangan hulu sampai hilir berjalan sesuai rencana. Di hulu, produksi bijih tembaga saat ini berasal dari fase ke-7 di tambang Batu Hijau Kabupaten Sumbawa Barat. Di saat bersamaan perusahaan juga tengah mengembangkan fase 8.
Selain itu, Perseroan juga punya satu konsesi lagi yakni Blok Elang yang dalam tahap eksplorasi. Blok Elang diklaim sebagai salah satu deposit tembaga dan emas porfiri yang cukup menjanjikan. Saat ini, perseroan tengah merampungkan studi kelayakan definitif dan ditargetkan selesai pada tahun 2024. AMMN berencana memulai produksi Elang pada tahun 2031 hingga 2046.
Di sisi hilir perseroan tengah menyelesaikan smelter tembaga dengan kapasitas 900 ribu ton konsentrat tembaga. Ditargetkan akan selesai secara mechanical completion pada Mei 2024. Luas area pabrik mencapai 55 hektar. Perusahaan mengalokasikan US$ 1 miliar atau setara Rp 15 triliun untuk pembangunan smelter tembaga dan PMR. Sesuai hasil verifikasi tim independen yang ditunjuk Pemerintah sampai September kemajuan pembangunan smelter melampaui target.
“Untuk smelter, berdasarkan verifikasi tim independen, progres sampai September sudah mencapai 67,1%. Angka itu sudah melebihi target pemerintah yang sebesar 66,9%,” terang Vice President of Corporate Communication Amman Mineral Internasional (AMMN) Kartika Octaviana di tambang Batu Hijau, Sumbawa Barat, Jumat (27/10/).
Sebagaimana diketahui, sesuai dengan amanat UU Minerba semua produk tambang wajib diolah dan dimurnikan di dalam negeri. AMMN pun membangun smelter dengan kapasitas 900 ribu ton konsentrat tembaga dengan kemurnian hingga 99,99%. Dari sana nanti akan dihasilkan 220 ribu ton per tahun katoda tembaga dengan kemurnian 99,99%. Juga ada produk lain yakni 830 ribu ton per tahun asam sulfat dengan kemurnian 98,5%. Asam sulfat ini menjadi bahan baku yang dibutuhkan oleh pabrik pupuk dan industri nikel.
Produk lain yang juga dihasilkan dari smelter tembaga adalah anoda slime. Untuk mengolah anoda slime, AMMN membangun refinery pemurnian logam mulia (precious metals refinery/PMR) di area smelter. Refinery pemurnian ini akan mengolah 970 ton anoda slime per tahun dan menghasilkan 18 ton emas batangan dengan kemurnian 99,99%, 55 ton perak batangan dengan kemurnian 98,95%, dan 70 ton selenium dengan kemurnian 99,9%. Selenium sendiri sudah ditetapkan pemerintah masuk dalam kelompok mineral kritis.
Manager of Process and Technology-Smelter Project PT Amman Mineral Industri Fatih Wirfiyata menjelaskan pihaknya menggunakan teknologi hybrid dari berbagai negara dalam pembangunan smelter dan PMR. Proses kontruksi dilakukan bersamaan baik di lokasi smelter maupun fabrikasi di luar negeri. “Pengerjaan konstruksi proyek dilakukan bersamaan dengan proses fabrikasi peralatan smelter dan PMR di luar negeri,” terang Fatih.
Berbagai mesin untuk smelter itu dirakit di China, Finlandia, juga Amerika Serikat (AS). Setelah tuntas dirakit langsung dikirim ke lokasi untuk dipasang, sehingga secara waktu pengerjaan lebih efisien. Bersamaan dengan itu, AMMAN juga mulai melakukan rekrutmen untuk memenuhi kebutuhan 1.200 pekerja smelter. Beberapa yang sudah direkrut, telah dikirim ke smelter sejenis di China untuk menjalani program pelatihan.