Beranda Tambang Today Indonesia Menjadi Pasar dengan Nilai Terbesar di Asean

Indonesia Menjadi Pasar dengan Nilai Terbesar di Asean

Salah satu kegiatan impor barang di pelabuhan. Sumber foto: www.fobuma.com

TAMBANG, JAKARTA. INDONESIA tumbuh menjadi pasar dengan pertumbuhan paling bernilai dan paling besar di Asia Tenggara, mengambilalih posisi Malaysia dan Thailand.

 

 

Total nilai perdagangan perusahaan-perusahaan di Indonesia pada pekan lalu mencapai US$ 416 miliar. Menurut media ekonomi Bloomberg, posisi teratas pernah dicapai Indonesia pada 2013. Tetapi dalam waktu singkat posisi itu diambilalih Malaysia.

 

 

Selama tiga tahun terakhir, Malaysia selalu berada di posisi teratas, dan sesekali posisinya diambil alih Thailand. Cadangan minyak yang cukup besar memuluskan langkah Indonesia menumbuhkan perekonomiannya, dan menempati posisi pertama.

 

 

Indonesia memang sejak lama disebut sebagai calon kuat negara industri baru. Posisi itu saat ini ditempati empat negara: Brazil, Rusia, India, dan Cina.

 

 

Meski ekonomi Indonesia cenderung membaik, Deputi Senior Gubernur Bank Indonesia, Mirza Adityaswara mengatakan pekan lalu, ketergantungan ekonominya terhadap situasi ekonomi global sangat tinggi. Saat ini mesin pertumbuhan ekonomi domestik adalah konsumsi rumah tangga, menempati porsi 58%. Sektor lain juga tumbuh, dengan perjuangan berat.

 

 

Dengan situasi ekonomi global yang berat, perekonomian Indonesia pun juga ikut tertekan pada kuartal kedua ini. Indonesia merupakan eksportir penting berbagai komoditi. Lemahnya harga komoditi membuat kinerja ekspor Indonesia tidak moncer. Nilai rupiah yang cenderung menguat membuat komoditi ekspor Indonesia sulit bersaing dengan komoditi dari negara lain. Dalam siaran persnya Bank Indonesia menyatakan, bank sentral akan mencegah agar rupiah tidak menguat terlalu besar.

 

 

Di samping melihat perekonomian global yang cenderung melemah, dan konsumsi rumah tangga yang menurun, Bank Indonesia juga menengarai investasi swasta melemah, lebih rendah di bawah perkiraan. Ini menjadi salah satu alasan Bank Indonesia menurunkan perkiraan pertumbuhan perekonomian pada kuartal dua, dari 5,0-5,4% menjadi 4,9-5,0%.

 

 

Perusahaan swasta menjadi lebih berhati-hati untuk berinvestasi setelah melihat perekonomian global. Mereka lebih fokus pada bagaimana membayar hutang ketimbang membuat hutang baru.