Beranda ENERGI Migas Indonesia Dukung Pasar Minyak yang Stabil

Indonesia Dukung Pasar Minyak yang Stabil

Salah satu instalasi minyak milik BUMN Venezuela.

 

 

JAKARTA, TAMBANG. GUBERNUR OPEC untuk Indonesia, Widhyawan Prawiraatmadja mendukung upaya yang dilakukan berbagai pihak agar harga minyak stabil. Salah satu upaya itu dilakukan oleh Menteri Perminyakan Venezuela, Eulogio del Pino. Ia menemui Menteri Perminyakan Rusia, setelah itu ia menjumpai Menteri Perminyakan Saudi Arabia. Eulogio juga mendorong dilakukannya sidang darurat Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), dengan mengirim surat ke seluruh anggota OPEC.

 

Sejauh ini baru Ekuador yang mendukung upaya sidang darurat. Ekuador merupakan anggota termiskin di OPEC. Adapun Saudi Arabia berpendapat, penurunan produksi tak bisa hanya dibebankan pada OPEC. Negara lain produsen minyak juga harus ikut mengurangi produksinya.

 

Setelah bertemu Menteri Perminyakan Arab, Ali al-Naimi, belum banyak hasil yang bisa diperoleh. Keduanya hanya mengatakan bahwa pertemuan itu produktif, dan berlangsung dalam suasana bersahabat. Namun tak ada penjelasan dari kedua pihak mengenai rencana pemangkasan produksi, serta tahapan pelaksanaannya.

 

Kepada Majalah TAMBANG Widhyawan mengatakan, Venezuela memang telah mengirim surat ke anggota OPEC untuk mengusulkan pertemuan luar biasa. Surat itu dikirim ke Presiden OPEC, lalu didistribusikan oleh Sekjen OPEC.

 

‘’Di OPEC semua keputusan diambil berdasar konsensus. Sampai saat ini belum semua anggota menerima surat dari Eulogio del Pino,’’ kata Widhyawan.

 

Mengenai sikap Indonesia, Widhyawan mengatakan, akan mendukung upaya stabilisasi harga pada tingkat wajar. ‘’Tapi kami menyadari, ada gap waktu antara signal harga dengan kondisi suplai yang saat ini masih menunjukkan kelebihan pasokan,’’ kata Widhyawan, yang juga staf khusus Menteri ESDM ini.

 

Rendahnya harga saat ini belum memicu pengurangan produksi. Yang terjadi adalah pengurangan, penundaan, atau bahkan pembatalan komitmen investasi untuk produksi masa depan. Jadi yang ditakuti dalah terjadinya kekurangan produksi di masa mendatang.