Jakarta,TAMBANG, Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI-ICMA) menandatangani kerja sama dengan China Coal Transportation and Distribution (CCTDA). Poin utama dari kerja sama ini adalah peningkatan ekspor batubara dari Indonesia ke Tiongkok. Penandatangannya dilakukan dalam acara “China-Indonesia Coal Procurement Matchmaking Meeting” yang diselenggarakan secara virtual. Delegasi Cina mengikuti acara dari kota Nanning, Provinsi Guangxi dan delegasi RI dari Jakarta.
Acara ini didahului dengan sambutan dari Peng Gang, Direktur Jenderal Departemen Urusan Asia, Kementerian Perdagangan RRT. Dilanjutkan dengan sambutan dari pemerintah RI yang disampaikan Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan. Turut menyaksikan Duta Besar Luar Biasa Berkuasa Penuh RRT untuk RI Mr. Xiao Qian dan Duta Besar Berkuasa Penuh RI untuk RRT dan Mongolia Djauhari Oratmangun.
Selain itu beberapa anggota APBI juga ikut hadir. Perusahaan-perusahaan tersebut merupakan eksportir batu bara ke Cina yakni PT Adaro Indonesia, PT Bukit Asam, PT Kideco Jaya Agung, PT Indo Tambangraya Megah, PT Multi Harapan Utama, PT Berau Coal dan PT Toba Bara. Juga ada perwakilan dari Kedutaan Cina serta CNCA (China National Coal Association) atau asosiasi pertambangan batubara Tiongkok. CNCA sendiri telah menandatangani kesepakatan bersama APBI di Jakarta tahun 2019 yang lalu.
Untuk diketahui, kerjasama ini diinisiasi oleh pemerintah kedua negara. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI sejak beberapa bulan lalu menjajaki peluang dengan pemerintah Cina yang difasilitasi Kedubes Cina di Jakarta. Pertemuan tingkat tinggi wakil dari kedua pemerintahan juga telah dilaksanakan beberapa waktu lalu di Cina. Upaya ini merupakan langkah konkrit pemerintah RI dan RRT dalam merayakan 70 tahun hubungan diplomatik kedua negara.
Langkah inisiatif dari APBI ini bertujuan untuk menyepakati kebijakan pasokan jangka panjang ekspor batubara. Selain itu juga untuk memfasilitasi para produsen batubara di Indonesia dengan pihak pembeli di RRT serta meningkatkan perdagangan bilateral kedua negara.
Dalam sambutannya Menko Maritim dan Investasi Luhut B Pandjaitan mengapresiasi kerjasama ini sebagai salah satu langkah positif dalam rangka pemulihan ekonomi Indonesia pasca dampak pandemi Covid-19. Menko Luhut juga menegaskan bahwa Indonesia saat ini sedang menggalakkan program hilirisasi yang merupakan langkah maju untuk membantu perekonomian dan mendorong energi hijau. Sehingga kebijakan hilirisasi batubara ini dapat dimanfaatkan sebagai peluang investasi bagi investor dari Tiongkok yang dikenal sudah sangat maju dalam penguasaan teknologi pengolahan batubara termasuk gasifikasi.
Dalam kerjasama yang ditandatangani oleh Ketua Umum APBI Pandu Patria Sjahrir dan mitranya dari CCTDA Liang Jia Kun, keduanya bersepakat untuk menandatangani pembelian kontrak batubara untuk tahun 2021. Juga berkomitmen untuk mengimplementasi isi kontrak tersebut.
Kerjasama ini akan berlaku selama 3 tahun. Nilai kesepakatan antara perusahaan-perusahaan yang hadir pada saat penandatanganan kerjasama tersebut bernilai USD 1,46 miliar atau senilai Rp20,6 triliun. Ini merupakan bagian dari kesepakatan untuk meningkatkan kerjasama antara kedua negara untuk mencapai volume perdagangan batubara 200 juta ton di tahun 2021.
Selain kerjasama antara APBI dengan CCTDA ini terdapat sejumlah pembahasan penting lainnya seperti kesepakatan jumlah volume ekspor Indonesia ke Cina untuk tahun 2021. Pandu Sjahrir mengingatkan pula dalam pokok kerjasama terkait kuantitas target ekspor batubara dari Indonesia yang akan ditinjau setiap tahunnya. Dalam kerjasama ini juga diperlukan penetapan indeks harga yang dapat dinegosiasikan secara berkala sebagai harga acuan impor batubara ke Cina dari Indonesia.
Kesepakatan ini diharapkan memberikan manfaat bagi pelaku industri batubara dalam kepastian ekspor batubara ke RI ke Tiongkok sehingga akan menjadi sentimen positif dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional Indonesia.
Pandu mengapresiasi dukungan pemerintah dalam mendorong kerjasama perdagangan dan investasi di sektor industri batubara yang merupakan industri yang berkontribusi signifikan tidak hanya bagi penerimaan negara tetapi juga bagi ketahanan energi nasional. Dengan kerjasama ini, produsen batubara nasional optimis menatap tahun 2021 meskipun pasar batubara global diperkirakan belum akan pulih sepenuhnya seperti di level tahun 2018-2019.
Sementara itu, Djauhari Oratmangun yang mengikuti kegiatan ini dari Provinsi Hainan Tiongkok menjelaskan bahwa total ekspor batubara Indonesia ke Cina berdasarkan data Kepabeanan Tiongkok. Total ekspor batu bara Indonesia ke Tiongkok khususnya HS 2702, HS 2701 dan HS 2704, untuk periode Januari – September 2020 mencapai USD 4,9 miliar. Menurun dibandingkan dengan total ekspor tahun 2019 dalam periode yang sama sebesar USD 5,8 miliar.
Meskipun pada tahun ini terjadi penurunan diakibatkan oleh pelemahan permintaan akibat Pandemi Covid-19, ia meyakini masih banyak peluang kerja sama Indonesia dan RRT di bidang batubara yang dapat digali dan terus dikembangkan.