Jakarta – TAMBANG. PT Indika Energy, Tbk (INDY) telah berupaya melakukan efisiensi dan pengetatan belanja modal untuk menekan biaya operasional sepanjang tahun 2014. Sayangnya, walaupun pendapatan naik, Indika tetap mengalami kerugian.
Pendapatan Indika mengalami kenaikan 28,5% menjadi US$1.109,5 juta pada pembukuan tahun 2014. Kenaikan itu disumbang oleh proyek-proyek EPC Tripatra serta perdagangan batu bara. Proyek-proyek migas yang menyumbang kenaikan pendapatan tersebut diantaranya proyek Pertamina – Medco E&P Tomori Sulawesi, proyek ENI Muara Bakau, dan proyek ExxonMobil Cepu.
Sayang, kenaikan pendapatan tersebut tidak bisa menutupi kerugian yang diderita oleh anak usahanya, PT Petrosea, Tbk (PTRO) dan PT Mitrabahtera Segara Sejati (MBSS). Sehingga, Indika pun masih harus menanggung rugi sebesar US$27,5 juta. Namun setidaknya, kerugian tersebut lebih rendah dari catatan rugi bersih tahun 2013 lalu sebesar US$62,5 juta.
Pendapatan Petrosea, yang merupakan perusahaan kontraktor tambang itu turun 3,4% menjadi US$ 347,97 juta, dari US$ 360,09 juta di 2013. Penurunan diakibatkan penurunan volume pengupasan lapisan tanah penutup (overburden removal) sekitar 7%, dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 141 juta bank cubic meter (bcm). Laba bersihnya pun merosot hingga 86,98% dari US$ 17,3 juta menjadi US$ 2,25 juta.
Upaya efisiensi biaya yang telah ditempuh sebenarnya sudah meliputi pencadangan dana, mengoptimalkan struktur biaya, memperketat belanja modal, meningkatkan usaha non-batu bara, serta rasionalisasi kegiatan operasional. Perseroan pun berhasil menurunkan biaya operasional sebesar US$22,4 juta menjadi US$132,1 juta di tahun 2014. Beban bunga tahunan juga turun menjadi US$7,8 juta per tahun.
Sebelumnya, Petrosea juga berencana mempercepat proyek pembangunan pelabuhan minyak dan gas bumi (Migas), dan perluasan logistik di lepas pantai Kariangau, Kalimantan Timur dalam dua tahun terakhir ini. Untuk proyek itu, perseroan menggelontorkan dana investasi hampir Rp1 triliun.
Indika pun memutuskan untuk tidak memberikan dividen kepada pemegang saham. Selain itu, perseroan melakukan pergantian komisaris independen yang semula dijabat oleh Anton Wahjosoedibjo digantikan oleh Muhammad Chatib Basri.
“Kami yakin perseroan memiliki posisi strategis untuk menghadapi situasi ini dan akan mampu memanfaatkan peluang yang muncul, dengan tetap mempertahankan fokus dan strategi jangka panjangnya sebagai perusahaan energi yang terintegrasi,” ujar Direktur Utama Indika, Wishnu Wardhana, dalam keterangan resminya, rabu (29/4).