JAKARTA—NEW DELHI, TAMBANG. PERUSAHAAN pengolahan logam dan semen di India berlomba-lomba untuk menawar blok batu bara yang dilelang pemerintah. Mereka ingin mengurangi ketergantungannya terhadap BUMN pemonopoli pasokan batu bara, Coal India Ltd.
Lelang itu dilaksanakan setelah pengadilan membatalkan semua izin tambang yang sudah diberikan. Perusahaan diizinkan menawar blok hingga memenuhi kebutuhan ekspansinya 50% dari kapasitas terpasang sekarang.
India merupakan importir besar batu bara dari Indonesia, untuk mencukupi kebutuhan listrik dan industrinya. Coal India tengah menyiapkan impor 500.000 ton batu bara dari Indonesia. Impor tahap pertama, 170.000 ton, sudah masuk India, Desember lalu.
Namun impor yang besar masih belum mencukupi kebutuhan. India pun bertekad menggenjot produksi lokal.
Kantor berita Reuters melaporkan dari New Delhi, kompetisi ketat membuat harga beli blok menjadi tinggi. Peserta lelang adalah perusahaan beromset besar, termasuk pembuat aluminimum Hindalco Industries, Balco, Jaiprakash Associates, Sunflag Iron and Steel, OCL Iron & Steel, Reliance Cement, dan Essar Power.
Sebagian besar pemenang lelang menawar lebih tinggi dari yang diperkirakan. OCL, misalnya, akan membayar $37 dari tiap ton produksi batu bara, 50% lebih tinggi dari yang ditetapkan Coal India di lokasi yang dimenangkan OCL.
OCL dan perusahaan lain yang menang tender menolak berkomentar, sampai seluruh proses selesai pada 5 Maret mendatang.
Meski harga batu bara jatuh 30% selama tahun lalu, harga batu bara masih cukup tinggi. Satu ton batu bara untuk keperluan industri logam masih berharga US$ 120 per ton, di pelabuhan India. Untuk keperluan pembangkit listrik harganya $70, di pelabuhan India.
‘’Kita tidak bisa melihat harga dari sisi saat ini saja. Harus dilihat dari sisi jangka panjang, hingga 30 tahun ke depan,’’ kata Dipesh Dipu, mitra pada Jenissi Management Consultants, New Delhi.
‘’Dengan memiliki tambang, perusahaan bisa mengendalikan biaya. Sementra untuk impor, paling mereka hanya bisa melihat hingga satu tahun ke depan,’’ lanjutnya.
India tak lama lagi akan mengambilalih posisi Amerika Serikat sebagai konsumen batu bara kedua terbesar di dunia setelah Cina. Tetapi Coal India gagal meningkatkan produksi.
Coal India selalu menetapkan harga berdasar berapa biaya yang di keluarkan untuk menghasilkan satu ton batu bara, bukan berdasar harga pasar. Harga Coal India selalu lebih tinggi dari harga pasar, yaitu Rp 232.000 per ton. Separuhnya berasal dari ongkos tenaga kerja dan biaya sosial.
Sementara untuk perusahaan swasta, biaya produksi hanya mencapai Rp 83.000-Rp 123.000 per ton.
Sumber foto: businessinsider.in