Beranda Tambang Today Inalum Akui Masih Bermasalah Soal Smelter

Inalum Akui Masih Bermasalah Soal Smelter

Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi VI DPR RI dengan Kementerian BUMN, PT Inalum, Pertamina, dan PGN, di Ruang Komisi VI DPR RI, Jakarta, Senin (29/1).

Jakarta, TAMBANG – Direktur Utama PT. Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) Budi Gunadi Sadikin, mengakui Inalum masih memiliki persoalan fasilitas pemurnian (Smelter). Ada dua kendala yang dialami Inalum yaitu proyek Smelter Grade Alumina  (SGAR) dan ekspansi smelter.

 

“Smelter Grade Alumina masih terkendala oleh sebagian kecil lahan yang belum dibebaskan serta banyak PP (Peraturan Pemerintah) yang belum dirampungkan. Sementara Ekspansi Smelter terkendala oleh sumber energi yang belum kompetitif,” kata Budi Gunadi, saat pemapara kinerja Inalum saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, di Jakarta, Senin (29/1).

 

Terkait Peraturan Pemerintah (PP) yang harus dipenuhi, diakui budi masih ada lebih dari 60 item perizinan belum diselesaikan oleh Inalum. Budi juga mengusulkan, agar SGAR dicanangkan sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN) supaya perizinannya menjadi mudah dan cepat. Sedangkan soal pembebasan lahan, pihaknya meminta agar lokasi proyek ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

 

Lebih lanjut, Budi juga mengusulkan jawaban atas hambatan yang ada dalam proyek ekspansi smelter, yaitu dengan melakukan pembangunan mandiri (cost center), akuisisi pembangkit, serta menghadirkan investor eksternal.

 

“Semua hambatan kami sampaikan diikuti dengan usulan solusi,” papar Budi.

 

Tak lupa, Inalum juga menyampaikan angka proyeksi pencapaian (Prognosa) Belanja Modal (Capital Expenditure/Capex) 2018 yang mencapai Rp 4,362 triliun. Rencananya, mayoritas Prognosa Inalum digunakan untuk pembentukan joint aventure.

 

Dikesempatan berikutnya, jajaran BUMN tambang plat merah lainnya turut menyampaikan Capexnya masing-masing. Capex PT. Aneka Tambang (Antam) pada 2018 mencapai Rp3,2 triliun, PT. Bukit Asam (PTBA)  sebesar Rp6,5 triliun, dan PT. Timah sebesar Rp2,6 triliun.

 

Angka ini juga dikonfirmasi juga oleh Deputi Deputi Bidang usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno. Menurutnya, semua Capex BUMN tambang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. “Secara umum mengalami peningkatan,” kata Fajar.

 

Peningkatan itu terjadi dengan melihat Prognosa Capex pada 2017, yaitu Inalum sebesar Rp1,08 triliun, Antam sebesar Rp1,3 triliun, PTBA sebesar Rp1,79 triliun, dan Timah sebesar Rp1,6 triliun. (muflihun hidayat)