Jakarta, TAMBANG – Asosiasi Jasa Pertambangan Indonesia (ASPINDO) optimis industri usaha jasa pertambangan memiliki peluang yang cerah di tengah polemik global dan masa transisi energi. Hal tersebut disampaikan dalam perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ASPINDO yang ke -26 di Jakarta, Selasa (8/8).
Ketua Umum ASPINDO, Frans Kesuma menyampaikan bahwa usaha jasa pertambangan juga punya andil besar terhadap pemberdayaan masyarakat lokal dan penerimaan negara.
“Peningkatan produksi dan investasi dalam industri ini turut berdampak pada perekonomian serta memberikan pengaruh ganda terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat di wilayah tambang,” ungkapnya.
Sebagai wadah pelaku usaha jasa pertambangan, ASPINDO kata Frans, telah berperan aktif dan berkontribusi terhadap iklim industri pertambangan dalam negeri. Meski begitu, ASPINDO, ucapnya, masih punya PR besar yang harus diatasi di antaranya terkait isu terkini seperti krisis pasokan ban alat berat, lanjutan program biodiesel pasca penerapan B35 hingga rencana implementasi pajak karbon.
“Krisis pasokan ban alat berat, implementasi pajak alat berat, kelanjutan program biodiesel pasca penerapan B35, serta rencana implementasi pajak karbon dan transisi energi menjadi beberapa fokus untuk masa depan industri pertambangan,” ucapnya.
Saat ini ASPINDO bersama dengan asosiasi lain sedang berupaya menemukan solusi untuk mengatasi tantangan ini. “ASPINDO terus berkomitmen untuk mendorong pertumbuhan berkelanjutan dan tata kelola yang baik dalam industri jasa pertambangan di Indonesia,” tuturnya.
Hal serupa diungkapkan Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara, Kementerian ESDM, Irwandy Arif. Kata dia, salah satu indikator keberhasilan dari peran industri usaha jasa pertambangan terhadap penerimaan negara dan pemberdayaan masyarakat adalah banyaknya IUJP yang dikeluarkan oleh pemerintah
“Data menunjukkan peningkatan investasi di sektor ini, terbukti dari jumlah Izin Usaha Jasa Pertambangan (IUJP) yang diterbitkan oleh Kementerian ESDM, naik dari 1.316 pada tahun 2021 menjadi 1.748 pada tahun 2022,” beber dia.
Sebagai informasi, ASPINDO didirikan pada tanggal 1 Agustus 1997 dan telah memainkan peran sentral dalam mengarahkan pertumbuhan dan pengembangan industri jasa pertambangan di Indonesia. Pada perayaan kali ini, perhatian khusus diberikan pada pencapaian ASPINDO selama 26 tahun berkiprah, serta tantangan yang masih dihadapi dalam sektor usaha jasa pertambangan.
Pada HUT ke-26, ASPINDO mengenalkan logo baru. Logo tersebut menggabungkan simbol segitiga dan palu yang punya makna mencitrakan keselamatan dan kekuatan dalam industri ini. Warna kuning mencerminkan kekayaan tambang Indonesia, sementara warna hitam mencerminkan ketegasan ASPINDO dalam memperjuangkan kepentingan usaha jasa pertambangan Indonesia.