Beranda Batubara Holding Tambang Bidik Fortune 500 Global Company

Holding Tambang Bidik Fortune 500 Global Company

(Ki-ka) Direktur Utama PT. Bukit Asam, Tbk Arviyan Arifin, Direktur Utama PT. Inalum (Persero) Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama PT. Timah Tbk Mochtar Riza Pahlevi Tabrani dan Direktur Utama PT. Aneka Tambang Tbk, Arie Prabowo Ariotedjo, usai konferensi pers RUPSLB tiga perusahaan BUMN menjadi anggota holding industri pertambangan, di Jakarta, Rabu (29/11).

Jakarta, TAMBANG – Usai diresmikan, holding industri pertambangan bidik masuk sebagai perusahaan di jajaran 500 Fortune Global Company.

 

Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan, bersatunya tiga BUMN pertambangan yaitu PT. Aneka Tambang Tbk, PT. Timah Tbk dan PT. Bukit Asam Tbk menjadi anggota holding industri pertambangan di bawah komando PT. Indonesia Asahan Alumunium (Inalum), akan mendongkrak pendapatan perusahaan. Selama ini diakuinya, BUMN pertambangan memiliki keterbatasan kemampuan pendanaan untuk investasi. Karena itu, terbentuknya holding industri pertambangan ini akan meningkatkan kapasitas usaha dan pendanaan dan lainnya.

 

“Dalam jangka menengah holding industri pertambangan akan terus melakukan akuisisi maupun eksplorasi wilayah penambangan, integrasi, dan hilirisasi. Hingga akhirnya memiliki size sebagai salah satu perusahaan, yang tercatat dalam Fortune 500 Global Company,” kata Rini Soemarno, dalam keterangan pers yang diterima tambang.co.id, Selasa (5/11).

 

Target tercatat dalam Fortunr 500 Global Company ini,  berkaca dari kondisi tiga BUMN pertambangan saat ini, berada di luar 10 besar perusahaan pertambangan dengan kapitalisasi pasar terbesar di Asia Pasifik (di luar perusahaan-perusahaan Tiongkok). Bukit Asam berada di peringkat 18, Antam di peringkat 20, sementara Timah di peringkat 38. Kondisi ini akan berubah saat pembentukan Holding BUMN Industri Pertambangan.

 

Dalam jangka pendek, holding baru ini akan segera melakukan serangkaian aksi korporasi di antaranya, pembangunan pabrik smelter grade Alumina di Mempawah, Kalimantan Barat, dengan kapasitas sampai dengan 2 juta ton per tahun. Kemudian, pabrik Ferro Nickel di Buli, Halmahera Timur berkapasitas 13.500 ton per tahun. Serta pembangunan PLTU di lokasi pabrik hilirisasi bahan tambang sampai dengan 1.000 MW.

 

Rini menjelaskan, melalui berbagai kegiatan usaha tersebut, keberadaan holding industri pertambangan akan memberi manfaat, bukan hanya bagi perusahaan holding dan anak perusahaan anggota holding, namun juga bagi pemerintah dan masyarakat.

 

“Pendapatan negara akan bertambah melalui berbagai pajak, royalti, serta dividen. Selain itu juga dari optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam dan peningkatan nilai dari kegiatan hilirisasi,” pungkasnya.