Jakarta – TAMBANG. Harga rata-rata minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price / ICP) bulan Agustus 2015 tercatat makin merosot jauh dengan selisih US$9,0 per barel, dari US$51,81 per barel ke US$42,81 per barel. Khusus untuk jenis minyak Sumatera Light Crude / Minas, harganya juga ikut merosot US$8,7 per barel, dari US$51,91 per barel menjadi US$43,21 per barel.
Perubahan harga tersebut sejalan dengan pergerakan indeks harga minyak mentah utama di pasar internasional yang seluruhnya mengalami penurunan harga sebagai berikut.
> West Texas Intermediate (WTI / Texas Light Sweet) – New York Merchantile Exchange (NYMEX) turun US$8,04 per barel dari US$50,93 per barel ke US$42,89 per barel.
> Brent – Intercontinental Exchange (ICE) turun US$8,56 per barel dari US$56,76 per barel ke US$48,21 per barel.
> OPEC Reference Basket (ORB / OPEC Basket) turun US$8,8 per barel dari US$54,19 per barel ke US$45,38 per barel.
Tim Harga Minyak Indonesia menjelaskan bahwa penurunan harga tersebut disebabkan beberapa faktor, khususnya karena peningkatan pasokan minyak mentah baik dari Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) maupun dari negara-negara non-OPEC.
Berdasarkan laporan organisasi pengekspor minyak itu, produksi minyak selama bulan Juli 2015 sudah terlebih meningkat 0,1 juta barel per hari dari bulan sebelumnya, menjadi 31,5 juta barel per hari. Bahkan perwakilan Iran di OPEC juga mengungkapkan potensi peningkatan pasokan hingga menyentuh angka 33 juta barel per hari, pasca pengangkatan sanksi embargo atas Iran.
Hal itu diperparah pula dengan melimpahnya pasokan dari negara-negara non-OPEC. Pada Juli 2015, angka proyeksi pasokan dari negara non-OPEC direvisi meningkat 0,08 juta barel per hari, hingga totalnya mencapai 57,46 juta barel per hari.
Menurut kajian sebuah lembaga milik Amerika Serikat, Energy Information Administration (EIA), neraca minyak mentah pada Semester II 2015 akan mengalami kelebihan pasokan sebanyak 1,4 juta barel per hari. Perkiraan tersebut menggunakan asumsi produksi minyak OPEC sebanyak 31,7 juta barel per hari.
Kemudian, EIA juga melaporkan bahwa stok minyak olahan (distillate fuel oil) pada akhir bulan Agustus 2015 naik 5 juta barel dibanding bulan sebelumnya.
Faktor lain yang mempengaruhi adalah data peningkatan jumlah anjungan minyak yang beroperasi di seluruh dunia, selama bulan Juli 2015.
Khusus untuk kawasan Asa Pasifik, penurunan harga minyak mentah juga dipengaruhi faktor menurunnya indikator perekonomian Cina. Ini ditandainya menurunnya indeks saham gabungan CSI300 dan mata uang Renminbi (RMB) yang terpaksa mengalami devaluasi. Selain itu, Tiongkok juga menggenjot produksi minyak yang bertambah 30 ribu barel per hari. Peningkatan produksi tersebut pun meningkatkan stok minyak mentah Negeri Panda tersebut sebesar 1,05%.