Jakarta-TAMBANG. Melemahnya harga batu bara di sepanjang 2014 telah memberi dampak pada kinerja perusahaan tambang. Secara rata-rata perusahaan, harga jual batu bara tahun lalu turun 5 % dibanding 2013. Meski demikian PT Adaro Energy, Tbk (ADRO) sukses membukukan kenaikan pendapatan, yang salah satunya ditopang peningkatan volume penjualan.
Sepanjang 2014, volume penjualan batubara ADRO tetap stabil meski di tengah kondisi pasar yang menantang. Volume penjualan 2014 naik 7% menjadi 57 juta ton baik dari Envirocoal melalui PT Adaro Indonesia (AI) dan Balangan Coal melalui PT Semesta Centramas (SCM).
Kenaikan penjualan ini kemudian membuat pendapatan usaha meningkat tipis sebesar 1% menjadi US$3.325 juta di tahun 2014. Namun laba bersih setelah pajak turun 21% menjadi US$183,5 juta. Kemudian laba inti naik 26% menjadi US$362 juta.
Laba inti tidak termasuk komponen akuntansi non operasional setelah dikurangi pajak yang terdiri dari amortisasi properti pertambangan sebesar US$72 juta, keuntungan dari penjualan kepemilikan investasi pada entitas asosiasi sebesar US$11 juta, provisi penurunan nilai piutang usaha sebesar US$4 juta, beban terkait pemeriksaan pajak tahun-tahun yang lampau sebesar US$29 juta, penurunan nilai properti pertambangan sebesar US$30 juta, penurunan nilai goodwill sebesar US$17 juta.
Dan juga beban satu kali terkait pembiayaan ulang dan pelunasan surat utang sebesar US$38 juta. Peningkatan laba inti menggambarkan peningkatan kinerja bisnis utama dan keunggulan operasional ADRO.
Di 2014, nisbah kupas konsolidasi Adaro mencapai 5,68x, sedikit lebih rendah dari target nisbah kupas 2014 sebesar 5,78x namun sedikit lebih tinggi dari 2013 sebesar 5,64x. Sementara Beban pokok pendapatan Adaro meningkat 3% menjadi US$2.605 juta karena pemindahan lapisan penutup yang 8% lebih tinggi dibandingkan 2013 menjadi sebesar 319,1Mbcm. Juga jarak angkut lapisan penutup yang lebih jauh.
Biaya kas batubara ADRO (tidak termasuk royalti) turun 5% menjadi US$33, 03 per ton, dibawah panduan tahun 2014 sebesar US$35 sampai US$38 per ton.
Biaya kas batubara yang lebih baik dari estimasi ini di dorong oleh kedisiplinan perusahaan menerapkan efisiensi biaya, biaya bahan bakar yang lebih rendah dari perkiraan, biaya pengangkutan dan bongkar muatbatubara yang lebih rendah, serta volume pembelian batubara pihak ketiga yang lebih rendah.
Adaro mencatatkan kenaikan EBITDA sebesar 7% menjadi US$ 877 juta. Hasil tersebut sesuai dengan panduan EBITDA Adaro di 2014 antara US$750 juta sampai US$1 millyar. Kenaikan tersebut disebabkan adanya peningkatan volume penjualan dan penurunan biaya.
EBITDA Adaro tersebut di luar penurunan nilai properti pertambangan sebesar US$40 juta, penurunan nilai goodwill sebesar US$17 juta dan kerugian selisih kurs mata uang asing sebesar US$13 juta.
Sementara EBITDA operasional Adaro naik 3% menjadi US$888 juta. EBITDA operasional tidak termasuk keuntungan satu kali dari penjualan saham minoritas di PT Servo Meda Sejahtera (SMS) sebesar US$11 juta, tambahan provisi untuk penurunan nilai piutang usaha sebesar US$6,5 juta dan beban terkait hasil pemeriksaan pajak tahun-tahun yang lampau sebesar US$16 juta.
Sampai saat ini total Aset Aset Adaro turun 4% menjadi US$6.414 juta. Aset lancar turun sebesar 7% menjadi US$1.272 juta, terutama disebabkan lebih rendahnya pajak dibayar dimuka. Aset tidak lancar turun 3% menjadi US$5.142 juta. Kas meningkat 9% menjadi US$745 juta terutama disebabkan upaya Adaro untuk menjaga kas dan menghasilkan arus kas yang kuat. Kas merupakan12% dari total aset, dimana 77% diantaranya dalam US Dollar.
Sementara terkait kewajiban perusahaan pada negara, di 2014, perusahaan membayar royalty sebesar US$354 juta. Ini berarti ada kenaikan 2% karena ada kenaikan pendapatan pada 2014.