Beranda Komoditi Harga Timah Diperkirakan Kembali Naik

Harga Timah Diperkirakan Kembali Naik

Jakarta, TAMBANG. HARGA logam secara umum turun di seluruh dunia. Di antara berbagai harga logam lain, timah termasuk salah satu yang terburuk, sejauh ini sudah turun 20% semenjak awal tahun. Saat ini harga timah diperdagangkan sekitar US$ 16.000 per ton, terendah selama tujuh tahun terakhir. Angka itu lebih rendah ketimbang biaya produksi.

 

Setelah menyentuh harga US$ 16.000, akibat bertambahnya ekspor dari Myanmar ke Cina, harga stabil akibat Indonesia memangkas volume ekspornya. Indonesia merupakan produsen utama timah di dunia.

 

Harian India, The Hindus, hari ini memberitakan, setelah kinerja yang jelek selama beberapa tahun terakhir, harga timah diperkirakan akan naik. Pendorongnya adalah berkurangnya pasokan di tengah naiknya permintaan oleh kalangan industri elektronik.

 

Industri elektronik dewasa ini terus bertumbuh. Setiap komponen elektronik membutuhkan timah untuk merekatkan komponen ke papan sirkuit. Sekitar separuh dari produksi timah dunia digunakan untuk solder. Di masa lalu, sebagian besar timah dipakai untuk pengemasan bahan makanan, seperti untuk kaleng.

 

Data dari Bloomberg menunjukkan, permintaan terhadap timah dunia masih cukup kuat. Pada 2014 mencapai 381.000 ton. Selama 10 tahun terakhir, permintaan terhadap timah rata-rata mencapai 350.000 ton. Diperkirakan, pada 2015 ini, permintaan terhadap timah melewati angka tahun 2014.

 

Tidak seperti sisi permintaan, perubahan pada sisi pasokan mempunyai dampak lebih besar terhadap harga. Harga tetap saja turun meski permintaan naik, karena pada saat yang sama, produksi timah olahan juga meningkat.

 

Tetapi penurunan 50% produksi, sebagaimana diumumkan Indonesia, akan membuat pasokan timah berkurang. Ini akan mendongkrak harga. Faktor lain yang dapat mengurangi pasokan adalah isyu kualitas bijih timah.

 

Diperkirakan kualitas bijih timah di dua negara produsen terbesar, yaitu Cina dan Indonesia, berkurang. Ini akan mengurangi jumlah produksi timah, serta menambah biaya produksi karena diperlukan pengolahan lebih rumit.

 

Para analis memperkirakan, harga timah akan kembali naik. Ada tiga alasan. Pertama, setelah harga selama tujuh tahun berturut-turut di posisi rendah, banyak tambang yang tutup. Mereka tak tahan terhadap harga yang di bawah biaya produksi.

 

Kedua, permintaan terus naik, belum ada indikasi bahwa permintaan akan turun. Ketiga, simpanan timah di gudang-gudang semakin menurun. Setelah menyentuh angka 12.000 ton pada Desember 2014, simpanan timah oleh Bursa Logam London kini berkurang, tinggal 9.000 ton.

 

Diperkirakan harga timah akan menyentuh US$ 24.000 per ton pada akhir 2016. Pada 2014 ini, diperkirakan harga timah naik, menjadi US$ 20.000 per ton.

 

Sumber gambar: www.smtnet.com