SINGAPURA-JAKARTA, TAMBANG. PERUSAHAAN minyak di Asia memangkas rencana investasinya pada 2015 ini, akibat rendahnya harga minyak. Situasi ini dikhawatirkan akan membuat produksi minyak di Asia, benua yang dikenal rakus energi, mengalami defisit, dalam jangka menengah.
Harian ekonomi The Wall Street Journal, kemarin menulis, Petroliam Nasional Bhd, lebih dikenal sebagai Petronas, akan memangkas belanja modalnya dua digit, tahun ini. Sementara CNOOC dari Cina kemungkinan juga memangkas dalam persentase yang sama. Pertamina kemungkinan bisa memangkas hingga 50% tahun ini.
BUMN minyak dan gas di Asia tahun lalu membelanjakan investasi sekitar US$ 120 miliar setahun, hampir seperlima total investasi migas dunia. Total pemotongan belanja investasi oleh BUMN migas di Asia diperkirakan mencapai 15-30%.
Pembangunan yang sedang dilakukan oleh perusahaan minyak internasional, termasuk Chevron, kemungkinan akan diistirahatkan lebih dulu. ‘’Tiga bulan ke depan menjadi saat penting bagi industri migas utama. Mereka akan lebih dulu menunggu harga minyak di kisaran berapa sebelum membuat keputusan final,’’ kata Shun Ling Yap, analis minyak dan gas pada Businss Monitor International, salah satu anak usaha Fitch Ratings.
Selagi perusahaan migas di Asia Pasifik mengurangi belanja modalnya, baik untuk eksplorasi maupun mengembangkan prasarana yang ada, diperkirakan produksi minyak di Asia Pasifik mencapai puncak pada 2016, yaitu 8,5 juta barel per hari, sekitar 10% produksi global. Setelah itu, kata Yap, produksi akan menurun.
Pemotongan belanja modal juga terjadi di berbagai penjuru. Kamis pekan lalu, Royal Dutch Shell PLC mengeluarkan pernyataan akan memangkas investasinya sebesar US$ 15 miliar selama tiga tahun ke depan.
ConocoPhillips juga mengumumkan akan mengurangi investasinya sebesar 15%. Padahal, Desember lalu sudah memangkas 20%. Pemain migas utama dari Perancis, Total SA, mengurangi 10% investasinya pada 2015.
Perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Laut Utara, Inggris, memikir ulang investasinya. Di laut yang dalam itu, biaya produksi sebarel minyak bisa mencapai di atas US$ 75.