Beranda ENERGI Migas Harga Minyak Masih Mungkin Turun ke US$10

Harga Minyak Masih Mungkin Turun ke US$10

 

TAMBANG, JAKARTA. GARY Shilling, ekonom dan pendiri lembaga riset A. Gary Shilling & Co., dari New Jersey, Amerika Serikat, dalam tulisannya yang dimuat media ekonomi Bloomberg, hari ini mengatakan, harga minyak mungkin akan tergelincir ke US$10-$10 per barel, setelah sempat naik pada bulan Mei dan Juni.

 

 

‘’Kenaikan harga yang terjadi akhir-akhir ini tidak ada hubungannya dengan masalah fundamental, yang membuat harga minyak jatuh,’’ tulisnya. ‘’Kebakaran di wilayah tambang pasir minyak di Kanada, berkurangnya pasokan dari Nigeria akibat masalah keamanan, terpangkasnya produksi akibat gejolak politik di Venezuela, serta harapan bahwa minyak shale di Amerika tidak berproduksi merupakan penyebab kenaikan harga,’’ tulisnya.

 

 

Harga minyak jatuh menjadi $26 per barel, pada Februari lalu, terendah dalam 13 tahun, sebelum kemudian naik menjadi $50 tahun ini. Pengusaha minyak Amerika menggenjot produksi energinya dengan teknologi hydraulic fracturing,  yang bisa mengangkat minyak dan gas yang selama ini terkungkung dalam sebuah lapisan.

 

 

‘’Para produsen minyak Amerika yang menggunakan teknologi fracturing telah menggantikan posisi OPEC sebagai produsen penentu harga,’’ kata Shilling.

 

 

OPEC, yang pernah ditakuti sebagai kartel penentu harga, kini tak lagi punya kedigdayaan dalam mengatur harga. ‘’Bahkan Saudi Arabia, yang dikenal sebagai pemimpin OPEC, kini sudah tak seperkasa dulu. Kini Saudi Arabia mulai meminjam bank, berupaya membekukan tingkat produksi, dan berencana menjual sahamnya di Aramco. Arab ingin mencari sumber pendanaan di luar minyak,’’ kata Shilling.

 

 

‘’Jangan disepelekan faktor cadangan, yang terbukti sangat mempengaruhi harga minyak,’’ kata Shilling. ‘’Dengan produksi melimpah melebihi permintaan, konsumen akan menyimpan minyak sebanyak-banyaknya. Ketika tempat penyimpanan penuh, konsumen akan melepas minyaknya. Ini akan mempengaruhi harga,’’ kata Shilling.

 

 

Perusahaan minyak ukuran besar dan menengah di Amerika kini menunggu harga minyak naik kembali. Kembalinya mereka berproduksi akan menguji daya tahan OPEC, dan terutama Saudi Arabia.