Beranda ENERGI Migas Harga Minyak Diramal Tembus US$ 60 Akhir Tahun Ini

Harga Minyak Diramal Tembus US$ 60 Akhir Tahun Ini

 

 

TAMBANG, ABU DHABI. MENTERI Perekonomian Uni Emirat Arab memperkirakan harga minyak menembus US$ 60 per barel, dipicu keseimbangan antara produksi dan permintaan.

 

‘’Sangat mungkin harga minyak mencapai $60 pada musim panas ini, karena adanya tambahan permintaan dari Amerika Serikat,’’ kata Menteri Perekonomian Uni Emirat Arab, Sultan Bin Saeed Al Mansoori, dalam sebuah konperensi di Abu Dhabi, kemarin.

 

Harga minyak mentah, menurut Mario Maratheftis, Kepala Ekonomi global Standard Chartered, kepada Bloomberg TV mengatakan, harga minyak pada akhir tahun akan melewati US$ 60 per barel.

 

Harga minyak untuk penyerahan ke depan sudah naik 31% pada tahun ini, sehingga menembus $50 pekan lalu. Kenaikan itu dipicu oleh berkurangnya cadangan minyak Amerika Serikat. Naiknya permintaan di India dan di negara lain yang ekonominya sedang tumbuh membuat Badan Energi Internasional, lembaga bentukan negara maju konsumen minyak, mengoreksi angka surplus perminyakan semester pertama ini.

 

‘’Kami malihat, pasar minyak menguat,’’ kata Maratheftis. ‘’Pasokan akan berkurang, di sisi lain permintaan menguat. Harga saya perkirakan terus naik,’’ lanjutnya.

 

Harga minyak Brent untuk penyerahan Juli turun 0,3% menjadi $49,15, di Bursa Dubai, Senin kemarin, setelah sempat diperdagangkan pada $50,51, Kamis pekan lalu.

 

Uni Emirat Arab akan ikut hadir dalam pertemuan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), Kamis 2 Juni mendatang. Diperkirakan pertemuan itu akan meneruskan kebijakan yang dipelopori Saudi Arabia, untuk menendang produsen minyak berbiaya tinggi, melalui harga yang murah. Dengan strategi itu, produsen minyak berbiaya tinggi terpaksa menghentikan produksinya. Cara ini akan mengurangi kelebihan pasokan, sehingga mendorong kenaikan harga. Harga minyak sejak Januari lalu telah naik 80% menembus $50 per barel.

 

Dari 27 analis yang disurvei Bloomberg semua meyakini bahwa OPEC akan tetap pada strateginya. Proposal untuk membekukan tingkat produksi sudah ditolak di Doha, pertengahan April lalu.

 

OPEC juga akan memilih sekretaris jenderal untuk menggantikan Abdalla El Badri. Tiga nama mencuat sebagai kandidat sekretaris jenderal: Mohammed Barkindo dari Nigeria, Mahendra Siregar dari Indonesia, dan Ali Rodriguez dari Venezuele. Nama Menteri ESDM Sudirman Said juga disebut sebagai kandidat sekretaris jenderal.