JAKARTA, TAMBANG. HARGA saham Rio Tinto turun 9,4%, dan saham BHP Billiton turun 8,5% di Bursa London, terpengaruh oleh harga komoditi yang rontok setelah keluarnya data perdagangan Cina. Keluarnya data itu membuat para pelaku bisnis komoditi khawatir terhadap turunnya permintaan global.
Saham-saham perusahaan tambang yang beroperasi dalam skala global terpukul setelah harga tembaga jatuh 2,6% menjadi US$ 4.868 per ton di Bursa Logam London. Pekan lalu, harga tembaga mencapai titik tertinggi selama empat bulan, yaitu US% 5.059 per ton. Turunnya harga Selasa kemarin merupakan pelemahan terendah dalam sehari, selama empat bulan ini.
‘’Pasar bergejolak, melebihi perubahan yang terjadi di fundamentalnya,’’ kata Dane Davis, analis dari Barclays commodities, London.
Koran Financial Review hari ini memberitakan, harga aliminium untuk penyerahan tiga bulan ke depan jatuh 2% menjadi US$ 1.567 per ton. Timah turun 4,6% menjadi US$ 16.550 per ton, dan seng turun 2,8% menjadi US$ 1.760.
Harga nikel ambruk 8,3% menjadi US$ 8.600 per ton. Meski demikian harga nikel masih lebih tinggi dari titik terendah pada 11 Februari 2016 lalu, yakni US$ 7.550 per ton.
Data perdagangan Cina pada bulan Februari lalu jauh lebih buruk dari yang diperkirakan. Data ekspor menunjukkan penurunan terbesar selama enam tahun, hanya beberapa hari setelah pemimpin Cina mengeluarkan jaminan bahwa ekonomi Cina tahun ini tumbuh di kisaran 6,5%-7%.
Impor tembaga oleh Cina Februari ini 420.000 ton, turun 4,5% dibanding Januari lalu, meski jauh lebih tinggi ketimbang Februari tahun lalu. Turunnya impor pada Februari merisaukan para investor saham. Mereka khawatir, permintaan terhadap logam dasar yang lain juga akan turun.
Harga komoditi dan saham tambang naik lumayan tinggi selama bulan lalu.
Meski harga tembaga turun, harga bijih besi naik 19% Senin lalu. Harga minyak juga naik, mencapai tingkat tertinggi sejak Desember. Harga saham Anglo America, raksasa perusahaan tambang yang tengah dibelit utang, sudah meningkat dua kali lipat sepanjang tahun ini. Glencore, perusahaan dagang dan tambang dari Inggris dan Swiss telah naik 88%.
Laporan dari Goldman Sachs menyatkan harga tembaga dan aluminimium akan turun 20% selama 12 bulan ke depan. ‘’Kemungkinan kecil akan terjadi penambahan permintaan dari Cina pada 2016 dan 2017 ini,’’ tulis analisnya.
Setiap kali terjadi kenaikan harga mineral mentah, akan memicu produsen menambah pasokannya ke pasar, sehingga menyulitkan pertambahan harga.
‘’Harga tinggi akan sulit dicapai di pasar yang dikendalikan oleh pasokan. Karena pasokan akan terus bertambah, bila harga naik,’’ tuis si analis. ‘’Inilah saat yang tepat untuk belajar dari kesalahan,’’ lanjutnya.