SIDNEY, TAMBANG. HARGA bijih besi terus-menerus bergerak menuju titik terendah selama 5,5 tahun terakhir. Koran The Australian dalam terbitannya hari ini memberitakan, dari delapan transaksi, tujuh di antaranya membuat pedagangnya merugi.
Perdagangan bijih besi untuk penyerahan segera ke pelabuhan di Tianjin, Cina, kemarin diperdagangkan dengan harga US$ 62,10 per ton, turun 0,3% dibanding saat penutupan perdagangan sebelumnya, yang mencapai US$ 62,30.
Harga itu hanya 1,6% di atas titik terendah selama 5,5 tahun, yakni US$ 61,10 per ton, yang dicapai pada Februari lalu. Harga terendah yang sebelumnya terjadi adalah US$60 per ton, pada 2009.
Harga yang rendah itu terjadi, salah satu sebabnya adalah keraguan pasar terhadap berapa besarnya permintaan bijih besi oleh Cina. Akhir bulan depan musim konstruksi mulai berlangsung di Cina. Namun pasar masih sulit menduga apakah permintaan bijih besi oleh Cina akan tetap atau turun, dibanding tahun lalu.
Pekan lalu, bank sentral Cina menurunkan suku bunga. Tetapi para pedagang meragukan apakah penurunan suku bunga itu bisa turut mendongkrak permintaan bijih besi.
Harga bijih besi dalam tekanan turun menuju US$60 per ton. Dua perusahaan besar, Fortescue Metals Group dan BC Iron merugi 5% dalam perdagangan kemarin.
Atlas Iron dan Mount Gibson Iron, yang tahun lalu juga mendapat beban akibat harga turun, pekan ini juga menghadapi situasi yang menantang.
Sementara dua raksasa tambang, Rio Tinto dan BHP Billiton, juga merugi masing-masing 2% dan 1,6%, meski pasar di London menunjukkan peningkatan.
Foto: tambang bijih besi di Australia. Sumber foto: abc.net.au