TAMBANG, JAKARTA. KALAU aturan di dunia perdagangan global adalah ‘’jangan melawan bank sentral Amerika, The Fed’’, maka aturan di dunia batu bara sedikit berbeda: jangan melawan aturan Pemerintah Cina.
Saat ini perusahaan tambang batu bara di dunia diuntungkan oleh aturan yang diberlakukan Pemerintah Cina, yakni dalam sepekan buruh hanya bekerja lima hari. Aturan ini, diberlakukan sejak Maret lalu, dimaksudkan untuk mengurangi produksi batu bara yang berlebih. Sejak itu harga batu bara terdorong naik karena pedagang batu bara di Cina dipaksa untuk mencari kekurangan pasokannya dari luar negeri.
Kenaikan harga batu bara pada tahun ini di luar dugaan para pelaku pasar. Mereka mengira, harga tahun ini masih seperti tahun sebelumnya.
Salah satu pemain besar batu bara yang tak disebut namanya oleh koran Financial Times, melakukan berbagai langkah proteksi terhadap tambangnya, karena masih memperkirakan harga batu bara tahun ini akan tetap rendah. Langkah yang terbukti keliru. Ternyata Beijing tak sekadar memangkas hari kerja. Kebutuhan batu bara termal untuk keperluan pembangkit listrik membuat Cina tahun ini menambah impor batu baranya menjadi dua kali lipat, dari 140 juta ton tahun lalu. Akibatnya, harga pun naik.
‘’Batu bara termal terus naik. Kenaikan harga ini membuktikan, Cina masih merupakan pemain utama,’’ tulis Colin Hamilton,
Tambang di Cina biasanya beroperasi seperti warung makan cepat saji, 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Di kala kebutuhan batu bara berkurang, akibat menyurutnya dunia industri, jam kerja selama itu membuat produksi berlimpah.
Indeks Newcastle, yang dijadikan patokan harga batu bara Asia saat ini US$61 per ton. Kenaikan cukup besar dibanding Januari lalu.
Para analis memperkirakan produksi domestik Cina Mei lalu turun 10-15% ketimbang Mei setahun sebelumnya.
‘’Sebelum Cina mengumumkan pengurangan jam kerja, saya memperkirakan impor batu bara akan turun 110 juta ton, tahun ini. Di luar dugaan, ternyata malah bertambah 140 juta ton, dan bahkan mungkin lebih tinggi,’’ kata Andy Roberts, Kepala Riset Batu Bara Termal Konsultan Wood Mackenzie.
Berkurangnya produksi itu bertepatan dengan naiknya permintaan di Cina, akibat meningkatnya produksi listrik di musim panas ini. Kebutuhan batu bara untuk pembangkit listrik diperkirakan naik 5% pada Juni, dan akan bertambah lagi pada Juli dan Agustus.