TAMBANG, JAKARTA. Investor di batu bara Eropa, komoditas berkinerja terbaik tahun ini, harus bersikap hati-hati. Berbeda dengan pendapat pasar pada umumnya, media bisnis Bloomberg hari ini menulis, harga batu bara masih seperti gelombang yang naik turun, karena permintaan untuk batu bara berkurang.
Secara umum, harga batu bara tahun ini sekitar 48% lebih tinggi ketimbang tahun lalu. Tapi, batu bara untuk pengiriman ke Eropa pada 2017 diperkirakan akan jatuh sekitar 11 persen pada Desember. Hasil ini didapat berdasar survei yang dilakukan Bloomberg terhadap para pedagang dan analis.
Kebutuhan batu bara untuk pembangkit listrik di Cina, konsumen terbesar batu bara di dunia, diperkirakan turun 3,5 persen tahun ini, di saat pasokan ke Eropa dari Amerika Serikat, Indonesia, Kolombia, dan Rusia, kembali naik. Di Uni Eropa, kebijakan baru untuk perlindungan iklim akan menurunkan permintaan batu bara sebesar 14 persen dalam tujuh tahun, sampai tahun 2020.
“Situasi yang terjadi sungguh serius,” kata Thomas Pugh, analis di Capital Economics, London. Ia memperkirakan harga batu bara tahun depan kembali turun menjadi sekitar $ 50 per metrik ton, atau sekitar 18 persen di bawah harga saat ini. “Pasar harus menyadari bahwa permintaan masih sangat, sangat lemah,” lanjutnya.
Batu bara untuk kawasan Eropa barat laut harganya naik menjadi $ 61,60 per ton pada awal bulan ini, tertinggi untuk kontrak sejak Maret tahun lalu. Kenaikan harga itu terjadi karena adanya hujan lebat yang mengganggu produksi, sehingga mengurangi pengiriman dari Indonesia, eksportir batu bara terbesar kedua di dunia.
Pada akhir 2016, harga batu bara untuk penyerahan tahun depan diperkirakan jatuh menjadi $ 54 per ton dari sekitar $ 60,75. Tujuh pedagang dan analis yang disurvei oleh Bloomberg menyebutkan, harga akan bervariasi, di antara $45 sampai $60.
Indeks batu bara termal Newcastle, yang selama ini jadi acuan harga batu bara termal untuk pasar di Asia, diperkirakan berada pada rata-rata $ 58 per ton tahun depan.
Perdagangan batu bara kembali bergairah setelah berbagai institusi terkemuka, termasuk JP Mogran Chase &Co, Bank of America, dan Citigroup menarik dukungannya terhadap proyek batu bara, dengan tujuan untuk mengurangi polusi. ‘’Produksi di Cina dan Indonesia turun. Pembeli memutuskan masuk pasar,’’ kata Andreas Speer, seorang analis komoditas di Bayerische Landesbank di Munich
Dalam upaya untuk memperbaiki lingkungan, Cina memangkas produksi batu bara sebanyak 9,7% dalam enam bulan yang berakhir Juni lalu. Bahkan, produksi di bulan Juni tahun ini 17% lebih rendah ketimbang Juni tahun sebelumnya. Sementara, ekspor batu bara Indonesia berkurang 32% pada semester pertama tahun ini.