Beranda Mineral Harga anjlok, Aktivitas Merger dan Akuisisi Jadi Pilihan

Harga anjlok, Aktivitas Merger dan Akuisisi Jadi Pilihan

Jakarta-TAMBANG. Saat ini hampir semua harga komoditi tambang sedang melemah. Di tempat dalam 10 tahun terakhir tidak lagi ditemukan tambang baru dengan cadangan yang besar. Ini sebenarnya menunjukkan bahwa dari sisi pasokan diyakini bakal berkurang. Sementara dari sisi kebutuhan karena pertumbuhan ekonomi dan juga pertambahan jumlah penduduk diyakini bakal meningkat.

 

Meski demikian kondisi yang terjadi saat ini malah kontradiksi. Di satu sisi pasokan bakal berkurang sementara kebutuhan meningkat, namun harga malah turun.  “Ini suatu yang kontradiksi. Di saat pasokan berkurang, kebutuhan meningkat tetapi harga malah turun,”kata Presiden Direktur PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) Martiono Hadianto kepada Majalah TAMBANG.

 

Trend ini diyakini bakal berlangsung dalam beberapa bulan ke depan. Menurut Martiono untuk tembaga, sudah ada pengamat yang mengatakan dalam waktu tiga tahun mendatang kondisinya bakal membaik. Tetapi untuk komoditi emas sampai sekarang belum ada yang berani memperkirakan kapan harga akan membaik. “Untuk tembaga tiga tahun karena siklus ekonomi dan komoditi,”terang Martiono.

 

Salah satu faktor yang membuat komoditi tembaga tetap menjanjikan karena komoditi yang sat ini belum ada yang bisa menggantikannya. Sampai sekarang belum ada substitusi sehingga masih akan tetap dibutuhkan. “Setiap kegiatan pembanguan termasuk listrik pasti membutuhkan tembaga,”terang Martiono.

 

Kondisi pelemahan harga seperti yang terjadi sekarang tentu saja menjadi tantangan bagi banyak perusahaan tambang. Namun untuk perusahaan skala besar seperti PTNNT, dampak yang ditimbulkan tidak terlalu signifikan. Berbeda dengan perusahaan tambang skala kecil bahkan menengah.

 

“Kami sebagai perusahaan tambang sudah punya long term contract dengan pembeli. Jadi sebenarnya tidak menjadi masalah. Hanya tinggal harga yang ditentukan dan penyesuaian oleh pasar,”ungkapnya.

 

Newmont menurut Martiono tidak perlu mencari customer karena semua perusahaan tambang sudah berpikir jangka panjang, komitmen seperti apa. Jadi sebelum aktivitas penambangan dilaksanakan, perusahaan sudah memastikan bahwa produknya punya pembeli dan itu untuk jangka panjang.

 

“Perusahaan tambang besar sudah punya pembeli, dia akan jalan terus. Tingal bagaimana memangkas biaya. Seperti di Newmont, untuk biaya overhead dipangkas habis,”kata Martiono.  Di Newmont ha ini sudah dilakukan. Seperti di Kantor Pusat Newmont yang ada di Denver, Amerika Serikat. Awalnya karyawan yang bekerja di kantor tersebut berjumlah 700 orang sekarang tinggal 400 orang. Dan itu juga terjadi di unit-unit operasi.

 

“Khan yang penting indirect cost yang dibabat. Berbagai macam cara, kita tidak mungkin bertahan tanpa itu. Karena di tambang itu adalah bagaimana mengendalikan cost. Tetapi kalau kita (nemwont) karena sudah punya jangka panjang, produksi tetap sama. Hanya revenue berbeda karena kontrak dalam ton dan bukan dalam US$,”terang Martiono.

 

Menurutnya hal yang dilakukan banyak perusahaan tambang saat ini ketika sulit mencari mencari sumber cadangan baru, perusahaan mulai gencar melakukan aktivitas merger dan akuisisi untuk meningkatkan cadangan.

 

“Fenomena seperti ini akan terjadi dan semua sudah tahu sehingga banyak perusahaan besar akan melakukan konsolidasi, memperkuat dirinya. Jadi yang kurang penting akan dipangkas sehingga ketika ada rencana merger posisinya lebih kuat,”terang Martiono.

 

Jika ini yang terjadi maka yang bakal terancam malah bagi perusahaan tambang skala kecil. Menariknya UU Minerba mempromosikan perusahaan tambang skala kecil lewat IUP.