Beranda Event Gunawan Dianjaya Ganti Sekretaris Perusahaan.

Gunawan Dianjaya Ganti Sekretaris Perusahaan.

Doc Bisnis Surabaya

Jakarta – TAMBANG. PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk (GDST) menunjuk salah satu direkturnya menjadi sekretaris perusahaan baru di perusahaannya. Saiful Fuad yang menjabat sebagai direktur independen perseroan, kini menjadi sekretaris perusahaannya yang baru.

 

“Menunjuk Saiful Fuad menjadi sekretaris perusahaan yang baru,” ujar Direktur Utama PT Gunawan  Dianjaya, Tetsuro Okano dalam keterangan resminya kepada bursa, Rabu (17/6).

 

Laporan kepada bursa ini, dijelaskan Tetsuro adalah untuk memenuhi peraturan OJK nomor 35/POJK.04/2014 tanggal 8 desember 2014.

 

Penunjukan ini sekaligus membatalkan penunjukan Sekretaris Perusahaan sebelumnya. Serta berlaku sejak tanggal surat penunjukan ini sampai dengan adanya pembatalan tertulis.

 

Kinerja PT Gunawan Dianjaya Steel Tbk (GDST) sepanjang tahun 2014 kurang begitu bagus bila dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya di 2013. Selain mengalami penurunan pada penjualan bersih, masih cukup tingginya beban yang ditanggung perseroan sepanjang tahun 2014 lalu membuat perseroan mengalami kerugian di periode tersebut.

 

Pada tahun 2014, GDST mencatat penjualan bersih sebesar Rp1,21 triliun di 2014, sementara di periode yang sama tahun 2013 penjualan bersih perseroan mencapai Rp1,41 triliun. Beban pokok penjualan sepanjang 2014 mencapai Rp1,15 triliun, sementara di 2013 tercatat sebesar Rp1,19 triliun. Hal ini membuat laba kotor di tahun 2014 turun menjadi Rp61,89 miliar dari sebelumnya Rp215,03 miliar di 2013.

 

Sementara masih tingginya beban usaha di tahun 2014 yang mencapai Rp91,90 miliar membuat perseroan mengalami rugi sebelum pajak sebesar Rp18,92 miliar dan rugi tahun berjalan sebesar Rp13,94 miliar.

 

Meski kinerja keuangan terlihat kurang baik, namun untuk total aset justru sebaliknya. Sampai dengan akhir tahun 2014, total aset GDST meningkat menjadi Rp1,35 triliun dibanding dengan total aset pada akhir tahun 2013 yang tercatat sebesar Rp1,19 triliun.

 

Sebagai informasi, industri baja nasional tahun ini diperkirakan masih tertekan, seiring belum membaiknya pasar baja dunia. Hingga kini, kelebihan pasokan (oversupply) masih menimpa industri baja dunia, karena perlambatan ekonomi Tiongkok.

 

Oversupply bahkan kini sudah masuk tahap yang kronis, sehingga memukul harga baja dunia. Imbasnya, beberapa perusahaan baja besar dunia merugi. Direktur Eksekutif Indonesia Iron and Steel Industry Association (USIA) Hidajat Triseputro pernah mengatakan, pemulihan pasar dan harga baja dunia diperkirakan membutuhkan waktu lama. Semua tergantung pada pemulihan ekonomi Tiongkok.