SYDNEY, AUSTRALIA–TAMBANG. PERUSAHAAN pertambangan dan perdagangan komoditi Glencore, hari ini mengumumkan membuka kembali tambang batu baranya di Australia, setelah ditutup beberapa pekan dengan alasan libur natal. Karena harga komoditi batu bara yang terus memburuk, Glencore libur natal cukup panjang, dari awal November hingga awal Januari ini.
Ketika itu manajemen Glencore beralasan, penutupan cukup lama itu dilakukan ‘’setelah mempertimbangkan situasi pasar yang pasokannya berlebih.’’ Dengan libur cukup lama, bagian penjualan bisa mengurangi stok yang berlimpah di tengah harga yang lagi rendah.
‘’Kami percaya bahwa permintaah terhadap hasil tambang kami akan bertambah, serta keseimbangan permintaan dan penawaran akan terjadi dalam waktu dekat,’’ demikian pernyataan Glencore, Oktober lalu, yang dimuat laman berita pertambangan www.miningaustralia.com.au.
Liburan natal yang cukup panjang mengurangi produksi Glencore sebanyak 5 juta ton, dan meringankan beban bagian penjualan untuk mendapatkan duit banyak di tengah harga yang lagi hancur.
Perusahaan tambang lain, Anglo American, malah memilih menutup tambangnya sambil menunggu harga naik lagi. Kata CEO Anglo American, Mark Cutifani, tambang batu bara untuk metalurgi (jenis coking), akan ditutup sampai pasokan di pasar berkurang, dan harga membaik.
‘’Sekitar 30 juta ton pasokan harus dipangkas dari pasar agar dampaknya terasa,’’ kata Mark Cutifani. ‘’Setiap orang berpendapat sama. Bahkan pelanggan kami juga mengatakan, harga batu bara harus naik lagi. Tetapi faktanya perusahaan tambang seperti berebutan melemparkan produknya ke pasar,’’ kata Mark. ‘’Pada akhirnya, kalau kita berproduksi tapi tidak ada hasilnya, ya buat apa?’’
Biro Sumber Daya dan Ekonomi Energi Australia mengatakan, negaranya mengekspor 181 juta ton batu bara metalurgi pada 2013-2014. Pada 2014-2015 ini diperkirakan naik menjadi 185 juta ton. Sementara untuk batu bara jenis termal, ekspornya sebanyak 196 juta ton.
Yang membedakan adalah nilainya. Ekspor batu bara jenis metalurgi nilainya relatif stabil, sekitar Aus$ 23,2 miliar (sekitar Rp 240 triliun), sementara ekspor batu bara jenis termal nilainya anjlok 9%, menjadi Aus$ 15,1 miliar. Harga batu bara jenis coking pernah mencapai Aus$ 180 per ton.
Kini, Cina dan negara konsumen batu bara lainnya emoh membeli batu bara semahal itu.
Yang membuat harga batu bara Australia makin anjlok adalah masuknya pasokan dari Indonesia, Colombia, dan Afrika Selatan.
Foto: tambang batu bara Glencore di Australia.
Sumber foto: www.skynews.com.au