Jakarta,TAMBANG,- Di tengah upaya melakukan transisi energi, panas bumi menjadi salah satu sumber energi yang bisa diandalkan. Hal ini disampaikan Direktur Operasi dan HSSE GeoDipa, Supriadinata Marza, dalam kegiatan Media Visit di Pembangkit Listrik Panas Bumi (PLTP) Patuha, Sabtu (15/07). Ditambah lagi Indonesia menyimpan potensi panas bumi yang sangat menjanjikan.
Dalam mendorong pengembangan panas bumi di Indonesia, GeoDipa punya posisi yang strategis. Pria yang akrab disapa Rio ini menjelaskan bahwa GeoDipa sebagai Special Mission Vehicle (SMV) di bawah Kementerian Keuangan Republik Indonesia, memiliki tugas melakukan pengembangan PLTP di Dieng dan Patuha serta wilayah kerja penugasan lainnya. Di samping itu, GeoDipa juga memiliki tugas untuk mempercepat pertumbuhan pemanfaatan panas bumi di Indoensia.
“Kami sebagai SMV, diharapkan mampu mengurangi resiko pengusahaan di sektor hulu panas bumi dimana selama ini menjadi salah satu tantangan yang dihadapi pengembang atau badan usaha dalam melakukan pembangunan PLTP melalui derisking dan debottlenecking,” terangnya.
Sebagaimana diketahui, GeoDipa saat ini telah mengoperasikan PLTP di Dieng dan Patuha untuk unit 1 dengan masing-masing berkapasitas 60 MW installed capacity. Saat ini GeoDipa sedang melakukan pengembangan untuk unit 2 di Dieng dan Patuha dengan kapasitas masing-masing sebesar 60 MW. Selain itu, GeoDipa juga mendapat penugasan dari pemerintah untuk melakukan pengusahaan panas bumi di WKP Candi Umbul Telomoyo dengan potensi sebesar 54 MW dan WKP Arjuno Welirang dengan potensi sebesar 230 MW.
Indonesia patut bersyukur karena berada di kawasan ring of fire, dimana negara ini menyimpan 40% cadangan panas bumi dunia. Berdasarkan data Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), total potensi energi panas bumi Indonesia diperkirakan mencapai 23,7 GW.
Menurut Rio, pengembangan energi panas bumi sebagai salah satu sumber energi terbarukan menjadi sangat penting dalam menjamin ketahanan dan keamanan energi nasional. Panas bumi juga bisa menjadi base load, karena bisa beroperasi selama 24 jam dan tidak terpengaruh kondisi.
“Untuk mendukung dan menjami ketahanan energi, panas bumi dapat diandalkan. Bicara ketahanan energi, mandiri energi, ya geothermal. Karena tidak adal lagi biaya untuk transportasi seperti batubara, tidak ada lagi ketergantungan terhadap harga jual komoditas seperti batubara dan migas,” lanjutnya.
Senada dengan Rio, General Manager GeoDipa Unit Patuha, Ilen Kardani, turut menjelaskan bahwa produksi listrik yang dihasilkan oleh PLTP lebih stabil. Hal ini dikarenakan PLTP tidak terkendala dengan intermitensi. Panas bumi juga dikatakannya dapat beroperasi secara berkelanjutan serta mendukung pencapaian target Net Zero Emission.
Sementara itu, dalam kegiatan operasional PLTP di Patuha, Ilen mengatakan bahwa GeoDipa berkomitmen terhadap aspek Keamanan dan Keselamatan Kerja. Hal tersebut tercermin dari pencapaian kinerja K3LL, di mana GeoDipa Unit Patuha berhasil menerapkan system kerja operasional yang aman tanpa adanya kecelakaan kerja selama lebih dari 6,5 juta jam sejak tahun 2014.
Pada tahun 2022 lalu, GeoDipa Unit Patuha berhasil mendapatkan beberapa penghargaan di bidang K3LL, yaitu safe working hours selama 6.052.478 jam, PROPER Hijau, Subroto Award, Penilaian SMK3 PP50, Sertifikasi ISO 14001:2015, penghargaan Gubernur Jawa Barat P2K3 Kategori Platinum, dan penghargaan lainnya.