Jakarta,TAMBANG,- Ada banyak cara yang dilakukan sebagai upaya untuk menekan emisi karbon. Salah satunya lewat pemanfaatan teknologi iklim (climate technology). Universitas Teknologi Nanyang di Singapura dalam studinya menyebutkan bahwa pemanfaatan teknologi iklim memungkinkan dunia menurunkan emisi karbon dioksidanya hingga 40 persen. Dengan demikian mendorong transisi energi yang adil di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Menyadari peran penting teknologi iklim dalam usaha dekarbonisasi dunia, Gastech 2023 yang akan berlangsung di Singapura pada 5- 8 September 2023 juga akan menghadirkan Climatetech. Ini tidak lain program pameran dan konferensi yang khusus diperuntukkan bagi para pemain utama di bidang energi, termasuk Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI, analis kebijakan, dan Big Tech.
Dengan tetap kuatnya antusiasme terhadap teknologi iklim dan juga terus berlanjutnya gelombang kebijakan intensifikasi, zona Climatetech dalam Gastech 2023, yang diselenggarakan ENGIE dan ExxonMobil, akan berupaya mempercepat penerapan solusi-solusi baru teknologi iklim di seluruh rantai pasokan energi.
Dalam Climatetech, untuk pertama kalinya, Gastech 2023 juga akan menjadi tuan rumah bagi paviliun Eropa yang diselenggarakan oleh Dewan Inovasi Eropa dari Komisi Eropa. Paviliun ini akan menaungi 17 perusahaan dan akan memperlihatkan inovasi dan kreativitas perusahaan perusahaan-perusahaan Eropa di bidang gas alam, LNG, hidrogen, solusi rendah karbon, serta teknologi iklim, dan juga rantai nilai energi yang lebih luas.
Dengan mengedepankan kerja sama dan mempertemukan pakar dari seluruh dunia, Gastech akan menghasilkan arahan strategis, kepemimpinan, dan visi yang diperlukan untuk membuat terobosan penting dalam teknologi iklim, serta menghasilkan solusi energi masa depan.
Selain itu, transisi menuju net zero emission akan membuka peluang investasi senilai hampir USD7 triliun setiap tahun. Dimana sebagian besarnya akan dibelanjakan untuk teknologi iklim seperti kecerdasan buatan (AI), penangkapan karbon, elektrifikasi, dan teknologi pertanian (agri–tech).
Gastech yang merupakan acara pameran dan konferensi energi terbesar dunia akan memberikan wawasan yang mendalam mengenai inovasi dan teknologi yang berfokus pada iklim. Selain itu, acara ini juga memberikan akses kepada pengetahuan yang diperlukan untuk memahami cara terbaik memanfaatkan peluang yang dihadirkan oleh teknologi-teknologi tersebut.
Agenda strategis dari konferensi Climatetech ini akan menghadirkan para pemimpin perusahaan global seperti Baker Hughes, PETRONAS, Technip Energies, dan Linde yang akan berbagi wawasan mengenai masa depan sektor ini, serta membahas pemanfaatan teknologi untuk mencapai net zero emission.
Program yang dipersiapkan akan membahas sejumlah solusi pengurangan emisi yang canggih dan berorientasi pada masa depan, dan memberikan kesempatan kepada peserta untuk membangun pengetahuan dan pemahaman kontekstual mengenai peran teknologi iklim dalam mengubah seluruh rantai pasokan energi.
Konferensi teknis Climatetech akan menjadi forum bagi para peserta untuk berdiskusi dan menunjukkan teknologi, inovasi, serta solusi dalam hal penangkapan, pemanfaatan, dan penyimpanan karbon, serta jaringan listrik, elektrifikasi, digitalisasi, dan kecerdasan buatan.
Gastech 2023 juga akan mempertegas peran Asia, sebagai kawasan yang kian maju dalam lanskap teknologi iklim – dalam transisi energi global.
Sejak tahun 2013, 26,2 persen dari pendanaan teknologi iklim dunia telah mengalir ke perusahaan rintisan (startup) di Asia dan antara tahun 2016 hingga 2020, sebanyak 40 persen dari rata-rata tahunan investasi energi di Asia Tenggara diarahkan ke teknologi energi baru.
Dalam industri yang dinamis ini, Gastech akan mendukung terciptanya rantai nilai teknologi iklim yang terintegrasi, kolaboratif, dan kompetitif di Asia dan di seluruh dunia.
Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM RI Tutuka Ariadji akan menjadi pembicara yang mewakili Indonesia. Peran pentingnya mencakup pengembangan kebijakan di sektor migas, berkontribusi dalam menawarkan keahlian teknis, melaksanakan evaluasi dan mengawasi kelancaran pelaksanaan fungsi-fungsi administratif di Direktorat Jenderal Migas.
Keikutsertaannya menggarisbawahi pentingnya acara ini dan menjanjikan perspektif mendalam dari seorang tokoh kunci di pemerintah yang aktif memberikan bentuk kepada lanskap industri ini.
Selain itu, Wakil Presiden dan Kepala Divisi Solusi Hidrogen POSCO International Hyung Chul Lee dari Korea Selatan akan menyampaikan pidatonya. Lee merupakan pelopor penciptaan infrastruktur hidrogen rendah karbon, yang mencakup elemen-elemen inovatif seperti terminal hibrida, fasilitas pemisahan, dan pipa gas.
Lee juga berperan penting dalam menciptakan kerja sama internasional yang bertujuan meningkatkan daya saing secara keseluruhan. Divisinya terus terlibat serius dalam dialog-dialog produktif dengan para pengembang hidrogen dan amonia bersih dari seluruh dunia, agar dapat berpartisipasi dalam tender pembangunan pembangkit tenaga hidrogen bersih di Korea Selatan yang akan dimulai tahun 2024.