Jakarta, TAMBANG – Akuisisi mayoritas kepemilikan alias divestasi 51 persen saham PT Freeport Indonesia, telah tuntas. PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) melunasi pembayaran divestasi senilai USD3,85 miliar untuk tambang Grasberg. Meski demikian, tongkat operator masih dipegang oleh Freeport.
Direktur Utama PT Inalum, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, Inalum masih membutuhkan dukungan keterampilan dari Freeport untuk mengelola Grasberg.
“Jadi operasinya Freeport di bawah tanah the most complex in the world. Saya yakin engineer Indonesia bisa. Tapi kita perlu belajar,” beber Budi Gunadi Sadikin, Jumat (21/12).
Ia menyebut, teknisi nasional dari Institut Teknologi Bandung (ITB) sebenarnya sudah mumpuni untuk menggarap underground mining di Grasberg. Tapi, mengingat proyek terowongan tambang bawah tanah di Papua ini direncanakan akan mencapai 1000 kilometer di perut bumi, maka diperlukan dukungan kecakapan dari pihak yang sudah berpengalaman di sana.
“Operatornya, saya sampaikan, ini adalah tambang unik di dunia. Di bawah tanah, akan jadi 1000 kilometer. Saya yakin, alumni ITB bisa, cuma kita perlu berajar. Cuma FCX (Freeport McMoran) the best operator untuk Grasberg,” tutur Budi.
Di sudut berbeda, Direktur Utama PT Freeport Indonesia, Tony Wenas mengatakan, tambang terbuka atau open pit di Grasberg akan selesai tahun depan. Selebihnya, penggalian konsentrat di sana akan menggunakan metode tambang bawah tanah.
“Tahun depan selesai. Semuanya jadi full underground,” ungkap Tony Wenas.