Jakarta, TAMBANG – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong pemanfaatan dan pengembangan batu bara melalui hilirisasi. Dalam prosesnya, hilirisasi ini harus diimbangi juga dengan penggunaan teknologi yang ramah lingkungan.
Hal ini disampaikan Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara Ditjen Minerba, Lana Saria dalam Hybrid Seminar bertema Low Calorie Coal Mining Strategy and Innovation To Maintain Bussines Sustainability, Kamis 15 September 2022.
“Dalam rangka mengantisipasi ancaman global terhadap batu bara, maka pemanfaatan batu bara ke depan harus diimbangi dengan teknologi yang ramah lingkungan untuk mengurangi emisi CO2. Sehingga dapat mendorong batu bara untuk hilirisasi yang lebih ramah lingkungan,” katanya, dikutip Jumat (16/9).
Pemerintah memang tengah gencar mengkampanyekan hilirisasi batu bara untuk dapat mensubstitusi bahan bakar (BBM dan BBG) serta bahan baku industri kimia.
“Ke depan, kebijakan batu bara nasional untuk menghasilkan produk-produk turunan batu bara yang lebih ramah lingkungan dengan mendorong kebijakan hilirisasi batu bara,” ungkapnya.
Lebih lanjut Lana menyampaikan bahwa batu bara masih menjadi sumber energi utama di indonesia untuk 10 tahun sampai 20 tahun ke depan. Hal ini lantaran potensi sumber daya dan cadangan batu bara dalam negeri sejauh ini masih cukup melimpah.
“Batu bara dianggap sebagai pilihan sumber energi yang relatif murah dan terjangkau dibandingkan dengan sumber energi yang lain,” jelas Lana.
Sumber daya batu bara Indonesia saat ini mencapai 110,07 miliar ton sedangkan sumber daya cadangannya sebesar 36,30 miliar ton.
Kendati begitu, Lana mengungkapkan hilirisasi ini masih memiliki tantangan yang cukup signifikan, salah satunya konsumsi batu bara dalam negeri yang masih minim.
“Tantangan yang paling nyata saat ini adalah masih rendahnya tingkat konsumsi batu bara di dalam negeri. Sedangkan di indonesia dengan sumber daya dan cadangan yang besar serta potensi produk hilirisasi batu bara yang dapat mensubsitusi bahan bakar, bisa bbm, bbg dan bahan baku industri kimia,” ujarnya.
Sebagai informasi, diskusi ini sebagai rangkaian acara Indonesia Energy and Engineering (IEE) 2022 Series yang dilaksanakan Pamerindo Indonesia selama empat hari, dari 14-17 September 2022.