Jakarta, TAMBANG – Selain ramah lingkungan, Energi Baru Terbarukan (EBT) juga punya keunggulan secara ekonomi. Hal ini disampaikan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) dalam agenda Indonesia EBTKE Convention and Exhibiton 2018 (The 7th IndoEBTKE COnEx 2018) di Balai Kartini, Jakarta, Rabu (29/8).
Menurutnya, harga listrik yang dihasilkan oleh EBT itu bisa stabil, berbeda halnya dengan listrik yang diperoleh dari energi fosil. Pasalnya, fluktuasi harga minyak dan batu bara memiliki dampak yang signifikan terhadap Biaya Pokok Produksi (BPP) listrik.
Saat harga minyak atau batu bara meroket, Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang bertugas memproduksi listrik di Indonesia, selalu merasa terbebani. Begitu juga sebaliknya, ketika harga energi fosil itu sedang anjlok, PLN baru bisa tersenyum tenang.
“Harus dipahami, kalau renewable itu ditandatangani hari ini, harganya berlaku 30 tahun,” kata Jusuf Kalla.
Sedangkan, BPP untuk listrik yang bersumber pada energi fosil, akan terus berubah-ubah seiring bergulirnya harga terkini.
Misalnya batu bara, manakala Harga Batubara Acuan (HBA) sedang berada di level tertinggi, yang per Agustus 2018 ini mencapai USD 107 per ton, maka PLN berjibaku melakukan berbagai cara agar kebijakan khusus HBA kelistrikan yang dipatok lebih murah tidak diotak-atik. Ia berusaha agar keuangan perusahaan tidak jebol.
Hal ini berlaku juga, kalau harga minyak mentah dunia mengalami kenaikan. Sebagaimana diketahui, produksi minyak di dalam negeri belum sepenuhnya bisa menopang kebutuhan nasional.
Lebih jauh lagi, JK memberi rincian kisaran harga listrik yang diproduksi dari energi fosil itu. Nilainya bisa berubah-ubah dari yang sudah dicanangkan.
“Tapi kalau fosil, bbm atau batu bara, hari ini ditandatangani (USD) 6 sen (per kwh), nanti ujung-ujungnya bisa 12 sen,” tegas Jusuf Kalla.