New York, TAMBANG – Kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membuka kran ekspor batubara lokal mereka, kembali menghidupkan produksi dan kenaikan harga di Tahun 2017.
“Jika Anda melihat apa yang terjadi di West Virginia dan wilayah lainnya di Amerika Serikat (AS), kini kami mengirimkan batubara ramah lingkungan. Serta mengirim ke beberapa negara seperti China, banyak yang memesan dari China saat ini. Jadi banyak hal berubah sekarang,” kata Donald Trump, seperi dilansir The New York Times, Rabu (13/12).
Penjualan batubara AS di luar negeri selama tiga kuartal pertama tahun 2017, menurut data pemerintah AS, berhasil melampaui angka ekspor selama tahun 2016. Hal senada dikatakan para ahli energi yang memproyeksikan kenaikan sebesar 46 persen selama setahun penuh. Hasilnya, pendapatan perusahaan batubara di AS bertambah lebih dari USD1 miliar.
Ekspor AS tahun ini, tercatat masih 10 persen dari produksi batubara yang dihasilkan. Serta selisih 37 ton dibawah ekspor pada tahun 2012, yang mencapai puncaknya sebesar 126 juta ton. Namun produksi batubara nasional AS naik 8 persen dari periode yang sama tahun 2016, dan sebagian besar dampak dari peningkatan ekspor. Negara-negara pengimpor batubara AS diataranya India, China Brasil, Meksiko dan Jerman.
Permintaan ekspor naik, dikarenakan juga salah satunya karena badai topan yang menghancurkan jalur tambang dan kereta api di Australia pada Maret lalu. Hal itu, memaksa China dan negara Asia lainnya beralih ke AS, untuk mendapatkan batubara kokas.
Perkembangan ekspor itu, diakui Appalachia, meningkatkan produksinya 11 persen pada tahun ini. Para eksekutif perusahaan batubara mengaitkan kenaikan tersebut karana dampak ekspor, terutama eksport batubara kokas.
Alpha Natural Resources, yang berhasil keluar dari kebangkrutan tahun 2016, mengeksport separuh dari batubara kokasnya dan membuka lahan tambang baru di Virginia Barat tahun ini yang sebelumnya mengalami depresi ekonomi. Begitu juga dengan perusahaan batubara lainnya, untuk kali pertama dalam lima tahun terakhir berhasil mengekspor lebih banyak batubara kokas.
“Ekspor tentu saja merupakan peluang pertumbuhan,” kata John Stranak, Direktur Keuangan Cloud Peak Energy, produsen utama di Wyoming dan Montana. “Harga untuk ekspor melampaui penjualan di dalam negeri. Pertumbuhan di area ekspor tentu membuat kami fokus.”
Harga batubara dunia yang tertekan sepanjang tahun 2016, membuat ekspor Cloud Peak Energy turun drastis. Pada 2017 ini, menargetkan bisa mengekspor batubara termal sebesar 4,5 juta ton dan 5,5 juta ton pada tahun 2018 nanti, ke Korea Selatan (Korsel), Jepang dan Taiwan.
Sementara itu, Biro Statistik Tenaga Kerja AS pun mencatat, data pekerja batubara kembali meningkat sepanjang tahun ini, dari 50.000 pekerja pada awal Januari, menjadi 51.200 pekerja hingga November 2017, meski masih di bawah jumlah pekerja pada sembilan tahun lalu sebanyak 80 ribu pekerja. Tidak hanya itu, lonjakan ekspor juga memperkuat pendapatan kereta api yang membawa batubara, seperti BNSF, CSX dan Norfolk Southern. Serta menghidupkan kembali pelabuhan-pelabuhan di AS.