Jakarta-TAMBANG. Nilai ekspor industri logam dalam negeri mengalami kenaikan. Adanya 16 industri pengolahan dan pemurnian (smelter) nasional yang sudah mulai beroperasi diharapkan mampu mendongkrak nilai ekspor industri logam nasional.
Tidak hanya sebagai industri yang akan mendongkrak neraca ekspor industri logam nasional, industri pengolahan dan pemurnian mineral mentah juga menjadi penopang ekonomi Indonesia di masa mendatang.
Menterian Perindustrian, Saleh Husin, mengungkapkan sepanjang 2012 nilai ekspor industri logam nasional mencapai US$ 9,7 miliar, sedangkan di 2013 nilai ekspornya industri nasional mencapai dan US$ 10 miliar atau mengalami kenaikan 2,6%.
Menurutnya ini menandakan kalau pembangunan industri pengolahan dan pemurnian mineral mentah memiliki visi jangka panjang. “Impor produk industri logam mengalami penurunan 4,9%, di mana pada 2012 hanya US$ 21,4 miliar dan 2013 senilai US$ 20,4 miliar,” ucapnya usai pengukuhan Pengurus Asosiasi Perusahaan Industri Pengolahan dan Pemurnian Indonesia (AP3I) di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (15/12).
Sebab itu dia berharap, pendirian industri-industri smelter tersebut diharapkan membantu hilirisasi industri logam yang selama ini masih banyak bergantung pada bahan baku impor.
Hingga saat ini, ada 16 industri pengolahan dan pemurnian mineral yang sudah berproduksi di dalam negeri, dan diharapkan pada 2016 mendatang ada 6 industri pengolahan dan pemurnian mineral yang siap berproduksi di dalam negeri.
Adapun dari 16 industri pengolahan dan pemurnian mineral mentah tersebut meliputi meliputi komditas besi baja, alumina, tembaga, serta nikel & ferronickel.
“Kita cermati, harga jual produk smelter memang sedang turun. Namun kita tentu harus melihat jauh ke depan. Efeknya perlu dilihat 5-20 tahun ke depan, jadi jangan sebatas dua tiga tahun,” pungkasnya.