Beranda CSR Ekspedisi Colijn Temukan Ertsberg Si Gunung Emas

Ekspedisi Colijn Temukan Ertsberg Si Gunung Emas

Repro Majalah TAMBANG Edisi 88, Oktober 2012

BERAWAL dari catatan Kapten Jan Carstensz, seorang kapten kapal Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). Ia tengah melewati laut Arafuru, ketika itu, langit cerah tanpa awan. Dikejauhan ia melihat fenomena luar biasa: salju, sekitar khatulistiwa. Catatan itu bertarikh 16 Februari 1623.

Repro Majalah TAMBANG Edisi 88, Oktober 2012

 

Selama ratusan tahun, catatan itu tersimpan di perpustakaan. Beberapa kali penjelajah dari Belanda dan Inggris mencoba menggapai puncak bersalju itu, memakan korban puluhan orang tewas. Ekspedisi yang menuai sukses besar dilakukan pada 1936 oleh trio peneliti dan petualang Belanda: Dr. A. H. Colijn, Jean J. Dozy dan H. Wissel. Mereka dibantu 12 perintis dan pengangkut barang orang Dayak.

 

Untuk mempermudah ekspedisi ini, Wissel sebelumnya telah terbang dengan pesawat S-38 “Skorsy” . Ia membawa logistik, lalu menurunkannya di titik-titik yang akan dilalui. Mereka menjelajahi punggungan gunung sebelah selatan, menelusuri sungai Otonama. Mereka berhasil mencapai ketinggian sekitar 4.000 meter di sekitaran lidah salju. Namun mereka lagi-lagi gagal mencapai puncak tertinggi di Carstensz Pyramid. Mereka mencapai puncak gunung gletser dan menemukan Ertsberg. Muhibah ini dikenal sebagai ‘ekspedisi Colijn’.

 

Trio peneliti ini menyimpulkan, bahwa kawasan Carstenz mengandung tembaga dan emas. Puncak bersalju ini lalu dinamakan ‘Ertsberg’ (erts= bijih, berg=gunung).

 

Penelitian tersebut, hanya tersimpan dalam perpustakaan Belanda selama bertahun-tahun, bertumpuk dengan buku-buku lainnya. Tak sengaja, saat berkunjung ke perpustakaan, Jan van Gruisen menemukan buku tersebut.  Jan van Gruisen pun tertarik dan penasaran.

 

Pada Agustus 1959, di sela-sela pertemuannya, Jan van Gruisen yang saat itu menjabat sebagai Direktur Pelaksana East Borneo Company, berbicara mengenai buku laporan penelitian atas Ertsberg kepada Forbes  Wilson. Saat itu, Wilson adalah Direktur Freeport Sulphur.

 

Setelah mendengar dan membaca laporan tersebut, di tahun 1960, Forbes Wilson dan Del Flint melakukan eskpedisi ke Gunung Ertsberg. Wilson sangat terpesona. Ia menemukan kandungan bijih tembaga. Ia juga mendapatkan potensi kandungan emas dan perak yang potensinya sangat besar di dunia. Saking senangnya, Wilson berseloroh: gunung ini ada baiknya diberi nama ‘Gold Mountain’.

 

Di bawah bendera Freeport Minerals Company, Wilson memutuskan untuk melakukan kerja sama dengan pemerintah Indonesia. Pada April 1967, Freeport menerima kontrak karya pertama yang ditandatangani oleh pemerintah Indonesia.

 

Pada Desember 1967, Freeport memulai kegiatan eksplorasi untuk mengetahui lebih detil  tentang potensi yang dikandung di perut bumi Ertsberg. Pada 1970, Freeport memulai konstruksi besar-besaran. Ekspor produksi perdana konsentrat tembaga pun dimulai, pada akhir 1972.

 

Sejak itu, tembaga, emas dan perak pun secara besar-besaran dikapalkan dari Bumi Papua.

(Sumber: Majalah TAMBANG edisi 88 Oktober 2012)