Jakarta,TAMBANG,- Lembaga riset dunia Economist Intelligent Unit (EIU) baru saja menyampaikan riset terkait energi di tahun 2023. Risetnya diberi judul Bertahan Dari Situasi Krisis Energi. Ini sebenarnya mewakili kondisi saat ini dan juga diperkirakan akan berlanjut ke tahun depan. Lembaga ini memperkirakan konsumsi energi global tahun 2023 hanya akan tumbuh sebesar 1,3% di tengah perlambatan ekonomi.
Pertumbuhan konsumsi energi yang melambat tahun depan sebenarnya melanjutkan trend yang sudah berjalan tahun ini. Faktor perlambatan pertumbuhan ekonomi global dan harga energi yang tinggi menjadi faktor penyebabnya. Sehingga dari 69 negara yang dilakukan studi hanya akan tumbuh 1,3% pada tahun 2023. Ini akan menjadi yang kedua tahun berturut-turut pertumbuhan konsumsi yang lamban. Tahun ini EIU memperkirakan permintaan hanya tumbuh 0,9%, di tengah rekor harga tertinggi dan kontraksi pasokan gas dan minyak dari Rusia.
Meski ditengah gencarnya upaya global menekan emisi karbon, konsumsi konsumsi batu bara masih akan tumbuh sedikit untuk mengimbangi kesenjangan dalam persediaan gas. Ditambah lagi kondisi cuaca yang lebih ekstrem akan memaksa banyak negara untuk kembali menggunakan bahan bakar fosil, sehingga menunda transisi energi. Di sisi lain konsumsi energi terbarukan akan meningkat sekitar 11%, dengan Asia memimpin tetapi investasi akan melemah. Sementara krisis energi akan mendorong beberapa negara untuk mundur dari upaya untuk menghapus secara bertahap penggunaan energi berbasis nuklir.
Pengurangan pasokan energi juga kemungkinan terjadi pada tahun 2023, karena anggota OPEC+ bersedia memangkas produksi untuk mencegah harga minyak turun terlalu jauh. Produksi minyak dan gas dari Rusia juga diperkirakan akan turun lebih lanjut. Salah satu penyebabnya adalah sanksi Uni Eropa terhadap minyak mulai berlaku penuh pada akhir 2022. Meskipun tekanan harga dari masalah sisi penawaran, kekhawatiran resesi global menarik harga minyak turun. “Kami memperkirakan harga rata-rata untuk Brent
minyak mentah US$89,6/barel (b) pada tahun 2023 atau turun dari US$91,7/b sebelumnya,”demikian laporan tersebut.
Enegi Fosil Masih Tumbuh
Konsumsi gas alam global akan tetap stabil pada 2023 karena konsumsi yang terus menurun di Eropa (-1,7%) sementara di Amerika Utara tidak mengalami pertumbuhan signifikan. “Kami tidak melihat konsumsi gas di Eropa (tidak termasuk Rusia) akan kembali ke level sebelum perang dalam periode 202202031. Namun, permintaan gas di Asia akan meningkat sebesar 2,4% pada tahun 2023, dimana kawasan ini berada di jalur yang tepat untukmenjadi pasar global terbesar untuk gas alam pada tahun 2027,”tulis laporan tersebut.
Sementara konsumsi batubara akan menerima manfaat dari peningkatan fokus kebijakan pada ketahanan energi sehingga tumbuh untuk
tahun ketiga berturut-turut pada tahun 2023. Meski jika dilihat pertumbuhannya tidak signifikan.
Untuk minyak, konsumsinya akan tumbuh sebesar 1,4%, terutama didukung oleh Asia di mana penggunaan akan meningkat sebesar 2,9%. Sebaliknya, permintaan minyak di Eropa akan berkontraksi sebesar 1% karena aktivitas ekonomi melambat turun dan embargo Uni Eropa pada impor minyak Rusia menjadi efektif sepenuhnya.