Jakarta, TAMBANG – PT Bumi Resources Tbk (BUMI) berencana melakukan hilirisasi batu bara pada tahun 2030 mendatang. Hal ini dilakukan selain demi meningkatkan nilai tambah, juga sebagai dukungan perusahaan terhadap program pemerintah dalam menuju net zero emission.
“Pengembangan berikutnya mostly kita akan melakukan program beyond coal 2030. Dalam waktunya akan kita ceritakan dalam paparan, apa program-program itu,” kata Presiden Direktur BUMI, Adika Nuraga Bakrie, Selasa (11/10).
Sebagai bocoran, perusahaan, lanjut Adika, akan melakukan gasifikasi batu bara menjadi methanol dan amonia.
Di Indonesia, industri metanol merupakan salah satu sektor penting di industri hilir karena merupakan bahan baku atau bahan penunjang pada industri tekstil, plastik, resin sintetis, farmasi, insektisida, plywood dan industri lainnya.
Metanol juga digunakan sebagai bahan campuran untuk pembuatan biodiesel. Selain itu, metanol juga bisa diolah lebih lanjut menjadi dimetil eter (DME) yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar ramah lingkungan.
Sementara, amonia berfungsi sebagai bahan baku pembuatan pupuk, bahan untuk mengolah logam, bahan untuk mengekstraksi logam tembaga, nikel dan lain-lain.
“Salah satu program intinya sesuai dengan program instruksi pemerintah juga kita akan mengerjakan apa namanya coal to methanol dan amonia,” ungkap Adika.
Sebagai informasi, salah satu perusahaan yang sudah melakukan hilirisasi batu bara ini adalah PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Holding Pertambangan MIND ID ini mensubstitusi batu bara menjadi DME di Tanjung Enim, Sumatera Selatan yang diresmikan Presiden Jokowi pada Januari 2022.
Keberadaan proyek DME Tanjum Enim tersebut mampu menekan impor LPG hingga 1 juta ton/tahun dengan produksi DME 1,4 juta ton/thn sehingga meningkatkan ketahanan energi nasional.
Di samping itu, proyek DME mampu menyerap tenaga kerja sebesar 10.600 orang pada tahap konstruksi dan 8.000 orang pada tahap operasi, menambah investasi asing hingga sekitar USD2,1 miliar (investasi awal yang dilakukan 100% oleh Air Product), serta menghemat cadangan devisa hingga Rp9,14 triliun/tahun pada harga rata-rata LPG 637,3 USD/MT (menggunakan basis rata-rata HIP LPG 2021).