Beranda Mineral Dua Smelter Nikel Berhenti Operasi

Dua Smelter Nikel Berhenti Operasi

Dirjen Minerba Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono, di Kementerian ESDM, Rabu (27/12).

Jakarta, TAMBANG – Direktur Jenderal (Dirjen) Mineral dan Batubara (Minerba) Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono, menolak ada smelter nikel yang dianggap mangkrak. Menurutnya, dari smelter yang ada, hanya ada dua yang berhenti beroperasi yaitu PT. Indoferro dan PT. Cahaya Modern Metal Industri.

 

Bambang Gatot menjelaskan, istilah mangkrak beda dengan berhenti beroperasi. PT. Indoferro sejak awal memang tidak di desain untuk memurnikan bijih nikel, sehingga tingkat keekonomiannya akan berbeda dengan desain awal memurnikan bijih besi.  Upaya yang dilakukan Indoferro pada tahun 2014 dengan melakukan switching ke smelter nikel, pun tidak berlangsung lama dan berhenti operasi pada 19 Juli 2017.

 

“Indoferro yang benar-benar berhenti beroperasi, karena berbeda dengan desain awal untuk pemurnian bijih besi bukan Nikel,” kata Bambang Gatoto Ariyono, kepada wartawan di Kementerian ESDM, Rabu (27/12).

 

Sementara, PT. Cahaya Modern Metal Industri, berhenti sejak Januari 2016 karena kenaikan harga bahan baku kokas mencapai USD300 ton sejak tahun 2016. Kokas memiliki porsi 40 persen dari total biaya produksi. Sehingga kenaikan harga bahan baku tersebut, berdampak besar pada PT. Cahaya Modern Metal Industri.

 

“Smelter yang mengunakan teknologi Blast Furnance dengan porsi 40 persen bahan baku kokas, dan terus meningkat harganya hingga USD300 membuat Cahaya Modern Metal untuk berhenti beroperasi,” pungkas Bambang Gatot.