Beranda Korporasi Divestasi Freeport Jadi Target Pengembangan Antam di 2016

Divestasi Freeport Jadi Target Pengembangan Antam di 2016

Foto Istimewa

Jakarta-TAMBANG. Perusahaan tambang dalam negeri, PT Antam (Persero) Tbk tampaknya begitu percaya diri mendapatkan saham PT Freeport yang akan segera didivestasikan. Direktur Pengembangan Antam, Johan Nababan mengatakan pengambilalihan saham Freeport sebesar 10,64% sudah menjadi target perusahaan di 2016 mendatang.

Menurut Johan, perusahaan selalu siap apabila pemerintah memberikan mandat kepada Antam untuk mengambilalih saham Freeport. Persoalan dana bahkan bukan jadi masalah karena mereka sudah memikirkan skenario sumber pendanaan yang bisa digunakan.

“Secara teknis kami sudah pengalaman karena punya tambang dalam dan pengolahan emas. Dananya bisa berbagai cara namun kami belum bisa putuskan sekarang,” ujar Johan di Jakarta, Senin (16/11).

Namun Johan keberatan apabila skema divestasi yang diambil nanti adalah melalui IPO. Menurutnya hal itu melanggar pasal 33 UUD 45 sebagai penjamin bahwa seluruh kekayaan sumber daya alam Indonesia harus dipergunakan sebesar-besarnya untuk rakyat. Mekanisme IPO akan semakin menjauhkan esensi divestasi yang tujuan awalnya adalah melibatkan perusahaan nasional untuk mengelola sumber daya tambang.

“Pilihan IPO atau bukan itu terserah pada Freeport, Antam gak ada urusan sama itu. Tapi menurut kami tidak mungkin di-IPO-kan karena itu melanggar pasal 33 UUD 45. Kalau di-IPO- kan perusahaan asing masuk lagi, esensinya tidak kena.”

Selain divestasi, Antam menargetkan untuk segera menyelesaikan negosiasi proyek anoda slime. Antam berencana membangun pabrik pengolahan anoda slime dengan kapasitas 2.000 ton per tahun. Pasokan anoda slime didapatkan dari hasil pengolahan konsentrat tembaga milik Freeport Indonesia di PT Smelting Gresik.

Konsentrat tembaga yang diolah di Smelting Gresik mencapai 30% dari total produksi. Sisa hasil olahan yang tidak menjadi tembaga katoda akan berubah menjadi anoda slime. Menurut Johan dalam setiap ton anoda slime mengandung 1% emas. Itu berarti dalam 2.000 ton terdapat 20 ton emas yang bisa diproduksi.

“Jumlah itu bahkan lebih besar dari produksi kami (2,5 ton). Lebih bagus dari pada penemuan tambang baru. Sekarang masih proses negosiasi terkait harga pembelian dan term condition. Kalau diperkirakan harga anoda slime sekitar US$ 500 per kilogram,” tutupnya.