Jakarta, TAMBANG – Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA), Arsal Ismail memastikan proyek dimethyl ether (DME) akan terus berjalan meski ditinggal Air Products and Chemicals. Katanya, perusahaan sedang melakukan penjajakan dengan salah satu perusahaan asal Tiongkok.
“Berproses bahwa kita sedang dalam tahap negosiasi. Mudah-mudahan mereka kita harapkan menjadi pengganti Air Products dan bekerja sama dengan Kementerian supaya proyek ini bisa berjalan dengan baik,” ujar dia usai RUPST PTBA, dikutip Senin (19/6).
Arsal tak menyebutkan nama perusahaan yang dimaksud. Tapi yang pasti pihaknya mendukung program hilirisasi tersebut dan sudah menyiapkan kawasan industri khusus di Tanjung Enim, Muara Enim, Sulawesi Selatan.
“Prinsipnya PTBA mendukung program pemerintah dalam melakukan hilirisasi. Kalau dari PTBA sudah menyiapkan kawasan industri untuk hilirisasinya,” ujar dia.
Menurut Arsal, cadangan batu bara untuk program DME sangat melimpah hingga mencapai 3 miliar ton. Katanya, siapapun investornya, PTBA sangat terbuka untuk kerja sama di proyek gasifikasi ini.
“Untuk sumber batu bara kita memang memiliki cadangan hampir 3 miliar tinggal nanti negosiasi dengan pihak investor, siapapun investornya yang pasti kita akan melakukan diskusi lebih dalam,” ungkap dia.
Lantaran ditinggal Air Products, pihaknya harus mereschedule ulang timeline yang selama ini dibuat yang dalam pembangunannya ditaksir selesai sekitar 3-4 tahun. Jika ada investor baru, timeline itu dimulai dari awal lagi.
“Mengenai timeline harus kita rescedule lagi. Karena dengan air products kemarin kita sudah bikin timeline paling tidak untuk pembangunannya sekitar 3-4 tahun,” ujar dia.
“Nah dengan investor baru kita akan mulai lagi. Tapi setelahnya tidak dari awal banget karena kita sudah berjalan, kita harapkan bisa lebih cepat,” pungkasnya.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Arifin Tasrif menyampaikan bahwa proyek gasifikasi batu PTBA ditargetkan akan Commercial Operation Date (COD) pada kuartal empat tahun 2027.
“PTBA akan memproduksi DME sebesar 1,4 juta ton per tahun dengan bahan baku batubara sebanyak 6 juta ton per tahun,” ungkap Arifin dalam keterangannya, dikutip Rabu (23/11/2022).
Arifin menyebut dampak bagi pemerintah cukup besar apabila proyek gasifikasi batu bara tersebut sudah beroperasi, yaitu dapat menekan impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) sebesar 1 juta ton per tahun. Hal tersebut akan berdampak pada penghematan devisa impor LPG sebesar 9,1 triliun rupiah per tahun, serta akan menambah investasi sebesar USD 2,1 miliar.
“Begitu pun dari sisi penyerapan tenaga kerja, pada tahap konstruksi proyek gasifikasi batubara menjadi DME akan menyerap sebanyak 10.600 tenaga kerja, sedangkan pada tahap operasi akan menyerap 8.000 tenaga kerja,” imbuhnya.