Bali, TAMBANG – Ajang tahunan Coaltrans Asia ke-24 kembali dilaksanakan di Bali. Konferensi dan pameran yang berlangsung selama tiga hari ini, 6-8 Mei 2018 ini, dibuka oleh Direktur Jenderal Mineral dan Batubara, Bambang Gatot Ariyono.
Dalam sambutanya, Bambang Gatot menegaskan beberapa hal terkait sektor pertambangan batu bara. Pertama, terkait perubahan cara pandang terhadap batu bara. Menurutnya, batu bara tidak lagi dilihat sebagai komoditi tetapi sebagai sumber energi untuk mendukung industri nasional. Hal ini ditegaskan dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN).
“Meski ditargerkan kontribusi dari sektor batu bara untuk pendapatan negara, tetapi batu bara sudah dilihat sebagai sumber energi untuk mendukung pertumbuhan industri nasional,” tandas Bambang, Senin (7/5).
Lebih lanjut, dikatakan Bambang, batu bara menjadi salah satu sumber energi primer untuk memenuhi kebutuhan energi nasional. Dalam kebijakan bauran energi, batu bara mendapat porsi 25 persen dari keseluruhan kebutuhan energi nasional.
Hal lain yang juga disampaikan ialah terkait eksplorasi. Pemerintah mendorong agar dilakukan eksplorasi untuk menambah data cadangan nasional. Bambang menyebutkan data cadangan yang bisa ditambang (mineable) saat ini sebesar 13 miliar ton.
“Jika produksi batu bara nasional setiap tahun 500 juta ton dan tidak ada penambahan cadangan baru, maka cadangan batu bara Indonesia akan habis 26 tahun lagi,” terang Bambang.
Oleh karena itu, menurut Bambang yang harus dilakukan adalah, konservasi dan optimalisasi cadangan. Setidaknya apa yang masih menjadi sumber daya dinaikan menjadi cadangan yang ekonomis untuk ditambang.
Bambang juga menjelaskan untuk meningkatkan investasi, Pemerintah telah melakukan penyederhanaan regulasi. Ini sesuai dengan amanat Presiden Joko Widodo. Di sektor mineral dan batu bara pun, pemerintah telah melakukan pemangkasan regulasi.
Asal tahu saja, kegiatan Coaltrans Asia ke-24 yang mempertemukan konsumen dan produsen batu bara ini, juga turut dihadiri beberapa kontraktor pertambangan, usaha jasa dan juga stakeholder di sektor pertambangan. Salah satunya, PT ExxonMobile Lubricants Indonesia (EMLI).