Jakarta, TAMBANG – Anggota Komisi VII DPR RI, Bambang Patijaya mempertanyakan keikutsertaan PT Pertamina dalam kepemilikan saham PT Indonesia Battery Corporation (IBC). Menurut Bambang, kedua perusahaan justru memiliki segmen bisnis yang bertolak belakang.
“Tadi sempat dipaparkan oleh Dirut PT IBC bahwa ada beberapa perusahaan BUMN yang ikut dalam kepemilikan saham perusahaan yang bergerak di bidang baterai tersebut. Salah satunya adalah PT Pertamina. Ini sangat aneh. Karena antara PT IBC dan Pertamina memiliki core business yang bertolak belakang,” ujar Bambang dalam keterangan resmi, dikutip Senin (17/7).
PT IBC yang dibentuk pada tahun 2021 ini merupakan perusahaan BUMN yang bergerak di industri baterai listrik ramah lingkungan dan akan digunakan sebagai pengganti BBM. Sementara PT Pertamina, merupakan perusahaan BUMN yang memanfaatkan fosil sebagai sumber energi dan menghasilkan emisi karbon.
Sehingga, menurutnya, sangat aneh jika Pertamina ikut terlibat dalam pengembangan industri listrik, yang notabene berlawanan atau berseberangan dengan bisnis utama Pertamina selama ini.
Politisi dari Fraksi Partai Golkar ini menduga bahwa langkah pembelian saham PT IBC tersebut menjadi salah satu strategi bisnis atau langkah Pertamina untuk ‘menghambat’ atau bahkan mematikan industri baterai listrik tersebut.
“Saya pernah membaca salah satu buku pengantar Manajemen di tahun 1995, ada kisah sejarah di Amerika. Di mana Tesla yang meliputi industri mobil listrik hadir lebih awal. Hingga kemudian dibeli GE dengan GM (General Motor) nya merupakan perusahaan mobil terbesar di Amerika saat itu. Dan ternyata Tesla dibeli untuk dimatikan, karena dapat mengganggu bisnis GM,” paparnya.
Oleh karenanya Ia berharap agar kedua BUMN tersebut berjalan di bidangnya dan bisnisnya masing-masing. Lebih lanjut, ia juga meminta agar Kementerian ESDM turun tangan mengatasi hal ini. Hal tersebut semata untuk mengembangkan green energy atau energi hijau, khususnya penggunaan kendaraan listrik.
Selain Pertamina, saham IBC juga dimiliki oleh 3 BUMN lainnya yakni PT PLN Persero, PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) dan PT Aneka Tambang (Antam). Masing-masing dari mereka mengendalikan 25 persen saham.
Sebagai informasi, pernyataan Bambang tersebut disampaikan saat Kunjungan Kerja Komisi VII dengan PT IBC dan PT Vale Indonesia di Balige, Sumatera Utara, Sabtu (15/7).