Beranda Mining Services Di 2014, MBSS Raih Pendapatan Sebesar US$135,3 Juta

Di 2014, MBSS Raih Pendapatan Sebesar US$135,3 Juta

Jakarta-TAMBANG. Di tengah kondisi ekonomi yang melambat serta harga komoditi batu bara yang turun di tahun 2014 PT Mitrabahtera Segara Sejahtera, Tbk masih mencatat pendapatan sebesar US$135,3 juta dan laba kotor sebesar US$43,4juta.

Presiden Direktur MBSS Rico Rustombi mengakui perlambatan ekonomi dan penurunan harga batu bara telah memberi tekanan harga pada jasa logistik pendukung industri batu bara.

 

Dalam situasi seperti itu sejak awal tahun 2014 Manajemen MBSS menetapkan beberapa prioritas bisnis untuk dilaksanakan seperti fokus pada perpanjangan kontrak-kontrak yang jatuh tempo di tahun tersebut, konversi armada ke ukuran yang lebih besar, meningkatkan sistem perbaikan dan perawatan armada, serta mengintensifkan pemasaran untuk memperoleh kontrak baru.

 

Untuk dapat mempertahankan pangsa pasarnya, MBSS harus bekerja lebih keras di tahun 2014, yang membuahkan hasil MBSS membukukan pendapatan sebesar US$135,3 juta. “Walaupun mencerminkan penurunan sebesar 10,5% dari pendapatan tahun 2013, patut diperhatikan bahwa pencapaian tersebut dapat dicatatkan MBSS ditengah kondisi ekonomi dan industri yang sangat menantang serta tekanan harga atas jasa logistik penunjang industri batubara,” kata Rico.

 

Sementara Direktur Keuangan dan Perencanaan MBSS, Ika Bethari menilai berbekal pemahaman atas ekspektasi klien dan semangat untuk memberikan win-win solution serta prinsip untuk tumbuh bersama dengan klien. “MBSS mengambil inisiatif strategis memodifikasi struktur kontrak dan harga dimana tarif pengangkutan diturunkan dan di kompensasi volume pengangkutan yang lebih tinggi atau jangka waktu kontrak yang lebih panjang sesuai dengan profil produksi dan kebutuhan klien,”terang Ika.

 

Hal ini bisa dilakukan karena MBSS melakukan berbagai upaya seperti rasionalisasi biaya, meningkatkan kinerja dan efisiensi operasi, mengoptimalkan manajemen fleet yang dimiliki, serta didukung hasil refinancing yang dilakukan MBSS di tahun 2013. “Dengan struktur biaya yang efisien, MBSS memiliki fleksibilitas dalam menetapkan pricing strategy-nya,” kata Ika.

 

Untuk diketahui dari nilai kontrak yang jatuh tempo sebesar US$64,9 juta di 2014, MBSS berhasil memperpanjang kontrak sebesar US$25,7 juta. Sementara itu, armada dari kontrak -kontrak yang tidak diperpanjang dialokasikan untuk memperoleh kontrak-kontrak baru. “Perseoan juga melayani pasar spot charter, dimana kontrak baru diperoleh sebesar US$ 16,5 juta pendapatan dari pasar spot charter sebesar US$9,1 juta,”terang Ika.

 

Pasar spot charter ini lebih banyak dimanfaatkan perusahaan tambang batu bara kelas menengah dan kecil dalam menghadapi kondisi pasar batu bara yang sedang lemah saat ini.

 

Dari sisi kinerja operasi, di 2014 Perseroan mengangkut 52,6 juta ton batu bara, terdiri dari 31,1 juta ton untuk segmen barging dan 21,5 juta ton untuk segmen floating crane. Volume untuk segmen barging turun sebesar 19% secara year -on-year (y.o.y), sementara untuk segmen floating crane naik sebesar 3%.

 

Penurunan volume barging lebih karena pengangkutan batu bara jarak jauh (antar pulau) dibanding jarak dekat (transshipment) sehubungan peningkatan kebutuhan domestik batu bara dan industri semen.

Selama ini tantangan dari jarak pengangkutan yang lebih jauh berakibat pada penurunan perputaran armada. Ini membuat total volume yang diangkut menjadi lebih kecil dibandingkan pengangkutan jarak pendek.

 

Ika juga menjelaskan dari sisi kinerja keuangan, perseroan mencatat laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$20,1 juta. Dibandin tahun 2013 terjadi penurunan sebesar 47,4% yakni sebesar US$38,3 juta. Menurut Ika penurunan ini selain karena tekanan harga juga meningkatnya jumlah docking armada Perseroan sesuai persyaratan kelas, serta kurang maksimalnya perputaran armada Perseroan untuk pengangkutan jarak jauh.

 

“Untuk pengangkutan jarak jauh faktor cuaca buruk khususnya di triwulan ketiga dan keempat 2014 memaksa armada Perseroan untuk berlindung/sheltering guna menjaga keselamatan pelayaran,”terang Ika.

 

Faktor lain yang juga menekan laba bersih perseroan terkait penyelesaian kewajiban Penundaan Utang (PKPU) sebesar US$3,2 juta kepada PT Great Dyke juta juga turut menekan laba bersih Perseroan. “Apabila dinormalisasi dengan mengeluarkan komponen PKPU, laba bersih Perseroan akan berada di angka US$23,3 juta,” terang Ika.

 

Ika pun mengakui bahwa klaim PKPU adalah kejadian yang sifatnya one-off dikarenakan struktur kontrak yang dibuat dan ditandatangani oleh manajemen lama Perseroan tersebut. “Manajemen MBSS memiliki keyakinan bahwa kejadian ini tidak akan terulang di masa depan, mengingat tidak ada kontrak lain dengan struktur yang serupa,” jelas Ika.