Lombok, NTB – TAMBANG. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk, selisih antara kebutuhan dengan pasokan listrik di PLN Wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) semakin besar. Menurut General Manager PT PLN NTB, Dwi Kusnanto, saat ini PLN NTB masih minus atau kekurangan daya listrik sekitar 22 MW.
“Saat ini PLN NTB masih mengalami defisit pasokan listrik sebanyak 22 MW,” kata Dwi kepada Wartawan di Lombok, Senin (8/12).
Ini juga yang menjadi tantangan Dwi yang baru saja ditunjuk sebagai GM PLN NTB. Apalagi ia bertekad ingin menjadikan Provinsi NTB sebagai Provinsi Nusa Terang Benderang.
Menurut Dwi pertumbuhan pemakaian listrik di wilayah NTB mencapai 14,4 persen setiap tahunnya. Saat ini Wilayah NTB terdiri dari 8 kabupaten dan 2 kota, dengan jumlah penduduk sekitar 4,6 juta jiwa. Dari sisi ketenagalistrikan, rasio elektrifikasi mencapai 64,9 persen. PLN wilayah Nusa Tenggara Barat sendiri dibagi menjadi tiga area Pelayanan (AP), yakni AP Mataram, AP Sumbawa, dan AP Bima.
Kepada rombongan wartawan kementerian ESDM, Dwi menjelaskan kondisi ketenagalistrikan di NTB yang berbanding terbalik dengan kondisi di Jakarta. Di NTB beban puncak justru terjadi pada malam hari, bukan pada jam kerja di siang hari.
Beban puncak wilayah AP Mataram yang mencakup kota Lombok bisa mencapai 187 MW dengan kapasitas daya terpasang hanya 180 MW, sehingga sering kekurangan 7 MW. Untuk Sumbawa, beban pucaknya 35 MW dengan kapasitas daya terpasanghanya 29 MW, sehingga masih defisit 6 MW. Sementara itu, untuk wilayah Bima pada saat beban puncak mencapai 38 MW ada kekurangan 9 MW dari kapasitas terpasang 29 MW. Dengan kumulatif beban puncak sekitar 260 MW dan kapasitas daya terpasang total 238 MW, maka defisit totalnya mencapai 22 MW.
Lebih lanjut, GM PLN NTB Dwi Kusnanto mengatakan, saat ini daya terpasang di pelanggan tercatat sekitar 919,2 MVA, dengan pertumbuhan sekitar 6,5 MVA per bulan. Pelanggan NTB mayoritas adalah pelanggan rumah tangga atau kategori R, yang jumlahnya mencapai 94% dari keseluruhan pelanggan. Pelanggan bisnis sendiri hanya tercatat sebesar 3,1%.
Meskipun masih mengalami defisit, namun hal yang menurut Dwi menggembirakan adalah angka pertumbuhan kapasitas listrik NTB yang cukup pesat. Pertumbuhan kelistrikan di NTB dilaporkan mencapai sekitar 23,8 MW per tahun dalam 3 tahun terakhir.