Jakarta-TAMBANG. Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) menjamin pendanaan untuk mandatory biodiesel 20% (B20) untuk tahun ini dinilai cukup.
Meski begitu, Direktur Utama BPDPKS Bayu Krisnamurthi mengatakan proses pendanaan ini harus mulai dikaji keberlanjutannya mengingat kondisi harga saat ini menunjukan trend yang terus meningkat untuk kelapa sawit (crude palm oil/CPO), namun disisi lain trend harga minyak dunia relatif masih rendah. “Akibatnya disparitas harga antara solar dengan biodiesel makin meningkat,” ujarnya, seperti yang terlansir dalam website resmi Kementerian ESDM.
Bahkan hingga April, lanjutnya, disparitas meningkat hingga dua kali lipat dibandingkan Agustus tahun lalu saat kebijakan ini pertama kali diimplementasikan. “Tidak dapat dipungkiri program mandatory B20 telah membuat harga sawit menjadi lebih bergairan, walaupun ada faktor turun karena El Nino tapi ini menjadi signal positif pada dunia khusunya Indonesia,” tutur Bayu.
Ia menegaskan, pemerintah berkomitmen untuk trus melaksanakan program B20 sebagai upaya bukti kontribusi Indonesia dalam COP Paris serta program suistainable development goals dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). “Kita akan tetap laksanakan walaupun nantinya harga terus meningkat,” tandasnya.
Saat ini pihaknya juga tengah melakukan beberapa studi dan penghitunga dari dampak mandatory B20. “Beberapa studi sedang dilaksanakan dan sedang menghitung apakah nantinya menunjukan program ini berdampak positif terutama bagi pengurangan emisi karbon yang dikurangi dari penggunaan biodiesel,” pungkas dia.